Mohon tunggu...
Inovasi

Bumi Utara dan Bumi Selatan "Contraflow in Global Media"

24 Desember 2018   17:18 Diperbarui: 24 Desember 2018   17:41 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti diketahui Televisi merupakan media yang banyak digunakan di seluruh dunia. Masyarakat dunia menyukai Televisi karena bentuk kontennya yang audio visual sehingga menarik untuk ditonton. Dengan Televisi kita dapat melihat dunia yang berada jauh di posisi kita, tanpa mengeluarkan uang dan menghabiskan waktu untuk dapat melihatnya. 

Dengan regulasi penyiaran yang makin modern program-program luar negeri dapat merambah stasiun TV nasional. Seperti yang dipaparkan oleh Thussu (2002:206) "The deregulation of broadcasting, which has been a catalyst for the extension of private television networks, has also made it possible for private satellite broadcasters to aim beyond the borders of the country where the network is based".

Seperti yang diketahui bumi bagian utara banyak dihuni oleh negara maju dan bagian selatan merupakan wilayah negara berkembang. Negara utara mulai merambah pentiaran di negara berkembang karena melihat potensi bahwa program acaranya akan laku dan dikonsumsi oleh masyarakat selatan. Mereka melakukan perluasan dengan pengembangan satelit sehingg channel mereka muncul diberbagai TV dunia. 

Selain itu program acara luar negeri juga dapat membuka cabang dan merekrut SDA nasional seperti CNN. CNN membuka cabang di Indonesia bernama CNN Indonesia. CNN merupakan acara yang menamilkan berita-berita teraktual seperti acara berita lainnya hanya saja CNN merupakan produk luar negeri. Selain itu VOA dan MTV juga merupakan produk luar negeri yang berhasil memperluas jaringan. MTV sendiri merupaka acara musik yang sering menampilkan tangga lagu yang sedang rilis maupun info musik lainnya.

Produk luar negeri yang bisa masuk ke siaran nasional Indonesia seperti sinema Turki dan India yang banyak digandrungi para ibu rumah tangga. Daya tarik yang terdapat dalam sinema-sinema ini yaitu para pemain dan jalan cerita yang sesuai dengan selera kalangan masyarakat Indonesia. Sinema ini kemudian didubbing menggunakan Bahasa Indonesia ini lah yang menimbulkan cultures of diaspora. Cultures of diaspora merupakan budaya yang dibawa ke negara lain namun masih terdapat unsur-unsur budaya aslinya dan disesuaikan dengan negara yang ditempati. 

Contoh lain disebutkan oleh Thussu (2002:206) "In 1999, reruns of the Indian mythological serial The Ramayan were being broadcast by Sony UK, Sony US, by East-Net (part of M-Net, Africa's biggest pay channel network) and on satellite channels in Sri Lanka, Nepal, Malaysia, Indonesia, Surinam and British Guinea. The Ramayan has been dubbed into English, Mandarin, Cantonese, Thai, Sinhalese and Bhasa Indonesia; while Mahabharat - which was also broadcast by the BBC in the early 1990s was dubbed into Persian for telecast in Iran".

Saat ini bumi bagian utara berbondong-bondong mengeksor produk broadcastingnya ke bumi selatan. Bisa dikatakan bumi selatan dijajah oleh bumi utara, namun produk-produkk bumi selatan juga tidak menutup kemungkinan bisa masuk ke siaran-siaran negara maju. 

Dengan meningkatkan kualitas konten yang dapat menarik penonton negara maju. Ini juga mejadi peluang untuk memperkenalkan budaya-budaya setempat ke mata Internasional, bukannya hanya menerima ekspor namun negara berkembang juga bisa melakukan ekspor sehingga ada jalinan komunikasi internasional yang terbentuk dan menambah variasi konten televisi. 

Kemungkinan negara maju mengkonglomerasi media nasional sangatlah besar, mempertimbangkan profit yang didapat dengan menyesuaikan selera penonton negeri apalagi dengan maraknya penyedia satelit internet yang membuat channel tv semakin banyak dan menjangkau channel luar negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun