Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesta Demokrasi dan Bahaya Fanatisme

17 Februari 2024   21:50 Diperbarui: 17 Februari 2024   22:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemilu telah berlangsung -- yang alhamdulilah berlangsung damai. Seperti layaknya sebuah kontestasi, ada yang menang ada yang kalah . Meski masih dalam hitungan quick count, nyaris dipastikan hasil riil pemilu tak akan jauh dari hasil quick count.

Ada yang merasa pemilu itu penuh kecurangan dan mereka merasa tidak puas. Seperti yang telah lalu-lalu, ada mekanisme hukum untuk menampung ketidak puasan itu. Seperti pada pemilu tahun 2019, meski selisih kurang lebih 10 % kubu Prabowo mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi kepada Joko Widodo yang waktu itu memenangi kontestasi.

Perselisihan itu membawa roh emosi kepada para pendukungnya. Mereka berkonflik secara terbuka dan tidak jarang memperlihatkan aura permusuhan. Akibatnya aura itu masuk ke sikap mereka dan mereka berkonflik sangat lama.

Tidak mudah untuk membuat segalanya bisa diterima oleh semua pihak. Perlu kedewasaan diri untuk menghadapi itu semua. Apalagi seringkali konflik itu dibumbui dengan perbedaan etnis, perbedaan keyakinan bahkan perbedaan warna kulit. Perlu moderasi yang baik untuk mendekatkan diri dengan semua pihak. Moderasi tidak sekadar melibatkan diri dalam praktik keagamaan, tetapi lebih pada pemahaman agar tidak memilih sikap ekstrem.

Pada saat itulah kita sadar bahwa fanatisme, tidaklah baik. Fanatisme bukan saja soal agama tapi soal politik, seperti kita tahu, bisa membutakan semuanya. Saling serang, saling caci maki saling menghina dan saling mengumbar kebencian terjadi pada saat menyebarkan fanatisme.

Sesuatu yang berlebihan selalu menimbulkan bahaya. Fanatic yang Dalam konteks ini, penting untuk memahami secara moderat hubungan kepada Tuhan dan hubungan dengan sesama insan, sehingga timbul sikap saling menghormati.

Membandingkan pemilu 2019 dan pemilu 2024 kita akan mendapat pelajaran yang sangat baik. Bahwa bersikap fanatic, sama sekali tidak membawa kemaslahatan umat. Tidak membawa bahkan pada pendukung paslon tertentu itu.

Pemilu 2024 yang berlangsung relative damai mengharuskan kita belajar bahwa bagaimanapun pemilu adalah bagian dari demokrasi yang harus kita lampaui bersama secara lima tahunan. Pesta demokrasi itu mekanisme wajar seluruh negara untuk mencapai tujuan dan target tertentu dalam bernegara dan bermasyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun