Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Santri Milenial Aktif Menebar Pesan Damai

27 Oktober 2018   16:10 Diperbarui: 27 Oktober 2018   16:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Milenial - www.santrimilenial.com

Pekan ini, jagat maya ramai membicarakan tentang hari santri nasional. Banyak pertanyaan yang muncul. Kenapa muncul istilah santri milenial? Bukankah santri yang santri aja. Yang belajar di pesantren, membaca kitab, belajar memahami ajaran agama. Selebihnya mengaji dan memperbanyak dzikir. 

Namun, bukankah para santri yang hidup di era sekarang ini merasakan bagaimana perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat? Bukankah para santri juga bisa mengakses informasi dari telepon genggamnya setiap hari? Bukankah sekarang juga mulai marak ceramah via online, pengajian online, mengaji online dan aktifitas religius lain yang dilakukan secara maya. Mungkin karena hal inilah, yang kemudian memunculkan istilah santri milenial.

Era milenial memang bertabur berbagai macam informasi. Masyarakat milenial begitu mudah mendapatkan informasi, memproduksi informasi dan menyebarkan informasi. Baik itu informasi dari belahan negara manapun, akan mudah didapatkan. Apa jadinya jika santri sibuk beraktifitas dengan smartphone? Sepanjang aktifitas tersebut bertujuan positif tentu tidak ada salahnya. Apalagi media sosial saat ini banyak sekali dipenuhi hoax dan pesan kebencian. 

Santri yang selama di pesantren mendapatkan ilmu agama secara benar, mungkin perlu disebarluaskan ke public melalui media sosial, agar masyarakat bisa mendapatkan informasi agama secara lengkap, komprehensif dan benar.

Begitu gencarnya penyebaran ujaran kebencian di media sosial, banyak kalangan mengusulkan agar para santri dan ulama mulai gencar pula melakukan pengajian, ceramah atau aktifitas keagamaan lain di media sosial. Tujuannya tak lain untuk meredam banyaknya hate speech dan berita bohong. Jika di era kemerdekaan, bentuk resolusi jihad yang dilakukan para santri dengan cara bertempur melawan penjajah, bagi santri milenial resolusi jihad yang tepat dilakukan di era 'zaman now' ini diantaranya adalah perang melawan hate speech dan hoax.

Komitmen untuk tetap menebar pesan perdamaian untuk melawan pesan kebencian, harus terus disuarakan generasi milenial, termasuk para santri. Ingat, propaganda radikalisme masih terus terjadi hingga saat ini. Kelompok radikal terus menyebarkan paham radikalisme dengan berbagai cara. 

Apalagi ketika memasuki tahun politik seperti sekarang ini, berbagai cara akan terus mereka lakukan untuk bisa mewujudkan keinginannya. Di tahun politik ini, kelompok intoleran berupaya melakukan deal-deal politik ke elit politik. Tujuannya bisa jadi untuk menjatuhkan elektabilitas lawan, menaikkan elektabilitas paslon yang didudukung, dan tentu mereka ingin tetap menyebarkan propaganda radikalisme.

Untuk itulah, diperlukan peranan semua pihak, termasuk santri dan ulama untuk meredam penyebaran bibit radikalisme di Indonesia. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, ulama dan santri harus melek teknologi. Mereka harus menjadi 'buzzer' yang menyejukkan umat, bukan yang sering memprovokasi umat. Jika ulama, santri, dan seluruh elemen masyarakat bergandengan tangan, mengedepankan perilaku santun, Indonesia akan tetap sejuk meski suasana politik nasional terus memanas. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun