Mohon tunggu...
narablog
narablog Mohon Tunggu... opini | mahasiswa

dikelola oleh harun alulu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Danantara: Mesin Pertumbuhan atau Alat Perampasan Baru?

26 Maret 2025   00:44 Diperbarui: 26 Maret 2025   00:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
harun alulu | koordinator BEMNUS-GORONTALO

Di negeri yang tanahnya terus digali, hutannya ditebang, sungainya menghitam, dan rakyatnya ditinggalkan dalam pusaran ketimpangan, kini muncul sebuah entitas baru yang disebut-sebut sebagai harapan. Danantara, sang Sovereign Wealth Fund, datang dengan janji besar: investasi jangka panjang, ketahanan pangan, energi berkelanjutan, hilirisasi industri, serta pertumbuhan ekonomi.

Namun, benarkah ini tentang rakyat? Ataukah ini hanya cermin baru bagi wajah lama kapitalisme yang semakin beringas?

Investasi untuk Siapa?

Mereka berbicara tentang pertumbuhan, tentang lapangan kerja, tentang peningkatan daya saing. Tapi bagi siapa? Apakah petani kecil yang semakin terdesak karena lahannya dirampas? Apakah nelayan yang lautnya semakin dipenuhi limbah industri? Atau buruh yang terus digencet dengan sistem kerja kontrak tanpa kepastian?

Mereka mengatakan akan membangun ketahanan pangan, tetapi kita telah lama menyaksikan bagaimana sektor pertanian kita dibiarkan mati perlahan. Ladang-ladang berubah menjadi kawasan industri, sawah-sawah dijual untuk properti, dan impor pangan semakin menjadi pilihan utama. Jika ketahanan pangan adalah prioritas, mengapa petani tidak menjadi aktor utama dalam skema investasi ini? Mengapa yang berkuasa tetap korporasi-korporasi agribisnis raksasa yang lebih peduli pada profit ketimbang kesejahteraan petani?

Lalu, bagaimana dengan sektor energi? Mereka berbicara tentang investasi di energi berkelanjutan, tetapi dalam realitasnya, Indonesia tetap bergantung pada batubara yang rakus lahan dan meracuni udara. Investasi hijau sering kali hanya menjadi topeng, sementara bisnis energi kotor tetap menjadi tulang punggung kekayaan para oligarki.

Dan bagaimana dengan hilirisasi yang mereka banggakan? Kita memang sedang mengolah sendiri hasil bumi kita, tetapi dengan cara apa? Apakah industri smelter yang mereka bangun benar-benar menyejahterakan rakyat? Atau hanya menjadi alat baru bagi konglomerat untuk meraup keuntungan dari tanah yang semakin terkikis?

Mekanisme yang Gelap dan Tidak Transparan

Mereka menyebutkan bahwa investasi Danantara akan dikelola dengan manajemen risiko yang ketat, namun di mana transparansinya? Apa mekanisme seleksi proyek? Siapa yang akan mengawasi agar dana ini tidak hanya menjadi lahan bancakan para elite?

Mereka berkata tidak ada proyek spesifik yang didahulukan, tetapi justru di sanalah letak kecurigaannya. Ketika tidak ada kejelasan, ketika semuanya dibungkus dalam bahasa teknokratis yang sulit dipahami rakyat, kita tahu bahwa yang akan mengambil keuntungan adalah mereka yang memiliki akses ke pusat kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun