Mohon tunggu...
Rasyidi Bindhereh Biluk
Rasyidi Bindhereh Biluk Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Salah satu tenaga pengajar di SDN IV Ellak Laok Lenteng

Selanjutnya

Tutup

Book

Rezeki: Dicari atau Datang Sendiri

12 September 2022   12:57 Diperbarui: 12 September 2022   13:20 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bindhereh biluk

Buku               : Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja?

Penulis            : Imam al-Muhasibi

Penerbit           : Turos pustaka

ISBN              : 978-623-7327-70-7

Terbitan           : Cet. 1, Juli, 2022

Ada tiga teka-teki kehidupan yang Allah sembunyikan dari hambanya. Yakni rezeki, jodoh dan maut. Ketiganya adalah perihal yang tidak akan pernah kita ketahui. Jodoh kita dengan siapa, dimana dan kapan, Allah yang maengatur. Pun dengan kematian, dimana dan kapan hanya Alah yang mengetahui. Semuanya sudah Allah tentukan di alam azal. Apalagi masalah rezeki, setiap dari kita sudah Allah tentukan takarannya. Tergantung bagaimana kita meminta, mencari dan berusaha memperolehnya.

Dalam menjalani hidup, setiap insan menginginkan kekayaan melimpah. Orang-orang berlomba untuk mencapai itu semua agar disebut banyak rezeki. Dan sering kali, kekayaan dijadikan sebagai patokan dari sebuah rezeki. Harta melimpah, mobih mewah dan rumah megah adalah sederet kekayaan yang seringkali dijadikan definisi dari rezeki. Faktanya, hidup bahagia, sehat dan tenang adalah rezeki yang tiada tara, sesuatu yang tidak dapat dibeli dengan uang.

Hidup di muka bumi yang penuh dengan berbagai kebutuhan menuntut manusia untuk bekerja. Bukankah Tuhan maha memberi, mengapa kita harus bekerja? Pemberian tuhan sudah lebih dari sekedar cukup, hanya saja kita yang terlalu banyak ke-ingin-annya untuk memenuhi nafsunya.

Salah satu ulama menyebutkan bahwa rezeki terbaik bukanlah rezeki harta, tetapi ketenangan jiwa, akal yang cerah, tubuh yang sehat, hati yang bersih, pikiran yang jernih, doa seorang ibu, kasih sayang ayah, keberadan saudara, gelak tawa anak, perhatian sahabat dan doa sang kekasih kepada Allah.

Mohammad Iqbal dalam bukunya The Recontruction of Religius Thought in Islam menyebutkan bahwa munculnya tasawuf merupakan sebuah protes bisu melawan kekuatan politik aristokrasi, ketidak adilan sosial, dogma-dogma agama yang cenderung formal dan kering. Bahkan, Iqbal menilai para sufi telah berhasil menyelamatkan warisan spritual islam sejak ditinggal Rasulullah.

Sejauh ini, pemahaman kita mengenai sufi adalah tentang ahwal dan maqamat. Kedudukan spritual yang harus dilalui oleh para pejalan spritual sebelum bisa mencapai ujung perjalanan. Taubat, wara', zuhd, faqr, sabr, tawakkal dan ridha adalah rentetan yang harus dilalui.

Imam al-Muhasibi selaku ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu menulis kitab al-Makasib. Meski beliau ulama yang notabane-nya ulama tasawuf, namun beliau juga menulis kitab fiqh tapi corak tasawuf. Tak heran bila di sepanjang buku ini tidak hanya membahas masalah fiqih semata, akan tetapi  juga diselipi nilai-nilai tasawuf. Misal, ketika beliau membahas masalah wara' dan ajaran ulama salaf mengenai barang syubhat.

Benar nyatanya bahwa para ulama sufi sangat menghindari barang syubhat, apalagi yang haram. Memakan barang yang syubhat bisa mengeraskan hati. Darah yang mengalir dalam raga akan mengajak pada perihal yang dilarang oleh agama.

imam al-Muhasibi mendedah kiat-kiat untuk mendapat rezeki halal dan hidup berkah, alasan syariat mengapa kita harus mencari rezeki, motivasi untuk bekerja yang bernilai ibadah. Sebenarnya, urusan dunia jika diniati baik, maka juga akan bernilai ukharawi. Tergantung masing individu mengonversi ikhtiar agar bernilai ukhrawi.

Buku ini tidak hanya membahas anjuran mengais rezeki, akan tetapi juga mendatangkan pendapat ulama yang tidak menganjurkan untuk bekerja. Bahkan, ada salah satu ulama yang menyebutkan bahwa mengais rezeki adalah perihal haram. Sebab bekerja adalah bagian dari tidak percaya terhadap jaminan dari Allah bahwa setiap manusia lahir dengan rezekinya.

Ada banyak nash yang menganjurkan umat manusia untuk bekerja. Baik dari al-qur'an maupun hadits. Tak jarang, beberapa oknum menjadikan alasan bahwa Tuhan sudah mengatur segala rezeki manusia, jadi tidak perlu repot-repot untuk bekerja.  rezeki datang sendiri dan tak perlu dicari. Jika Allah sudah memastikan keutamaan bagi seseorang yang bekerja, dan Nabi memberi tuntunan bahwa bekerja bisa mendekatkan hati kepada Allah dan dapat menambah nilai ibadah.(70-71)

Jika bekerja dalah dalam rangka memantapkan diri kepada sang pemberi rizki, maka upah yang ia terima adalah nilai lebih. Bahkan, orang tersebut terhindar dari bosan dan jemu. Sebab, yang mereka inginkan adalah pahala, bukan uang semata.

"siapa yang mencari kehidupan dunia dengan cara yang halal dan niat untuk menjaga kehormatannya dari meminta-minta, menafkahi keluarganya, dan menyantuni tetangganya yang kekurangan, kelak di hari kiamat, wajahnya bagai bulan pernama. Sebaliknya, siapa yang mencari dunia dengan cara yang halal, namun dengan niat mengumpulkan kekayaan, kelak ia akan bertemu dengan Allah dengan kondisi yang dibenci oleh-Nya." (HR. al-Nasa'i. (74)

Allah memberi rezeki sesuai kehendak-Nya. Dia memberi rezeki kepada siapa saja tanpa disangka-sangka. Mintalah rezeki itu dari sisi Allah (al-ankabut: 17). Sementara manusia mempunyai keharsan untuk beramal. Diwajibkan untuk berusaha dan berikhtiar melangsungkan kondisi-konidsi yang di dalamnya rezeki bisa datang. Allah tidak menanyakan datang atau tidaknya rezeki, yang ditanya adalah usaha dan amal hamba untuk mencari rezeki. Karenanya, Allah menjelaskan mana yang hala dan mana yang bukan.

Semooga hadirnya buku ini bisa mengangkat semangat kita untuk mengais rezeki, bisa mengubah niat hati yang semula untuk memperkaya diri menjadi mendekatkan diri kepada Ilahi, bahkan dalam rangka berbagi rezeki. Namun, alangkah baiknya pula bila kita membaca teks langsung yang berbahasa arab untuk meningkatkan ghirah kita dalam membaca kitab klasik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun