Masa Depan Bersama: Saatnya Hidup Berdampingan dengan Orangutan
Pernahkah kita membayangkan, bahwa di tengah lebatnya hutan tropis Indonesia hidup “kerabat jauh” kita yang diam-diam punya peran besar menjaga keseimbangan bumi? Mereka adalah orangutan primata cerdas yang sering disebut sebagai man of the forest. Julukan itu bukan sekadar nama indah. Orangutan benar-benar menjadi penopang ekosistem hutan, yang pada akhirnya juga menopang kehidupan manusia. Sayangnya, kisah orangutan hari ini tidak seindah dongeng hutan rimba. Perambahan hutan, kebakaran, hingga perburuan liar membuat rumah mereka semakin sempit. Akibatnya, populasi orangutan di Sumatra, Borneo, bahkan spesies langka Tapanuli terus menurun drastis. Jika kita abai, bukan tidak mungkin anak cucu kita hanya bisa melihat orangutan lewat gambar di buku atau layar televisi.
Orangutan, Penjaga Hutan yang Terlupakan
Banyak orang mungkin tidak tahu, orangutan memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian hutan. Saat mereka makan buah lalu menyebarkan bijinya ke berbagai sudut hutan, orangutan tanpa sadar sedang menanam masa depan. Pohon-pohon baru tumbuh, hutan makin kuat menyerap karbon dioksida, dan iklim tetap terjaga. Dengan kata lain, orangutan adalah “tukang kebun alami” hutan tropis kita. Namun, fakta pahit berkata lain. Populasi orangutan Sumatra, Borneo, hingga spesies langka Tapanuli kian menyusut drastis. Menurut data lembaga konservasi, saat ini orangutan Sumatra hanya tersisa sekitar 14 ribu individu, orangutan Kalimantan sekitar 57 ribu, dan orangutan Tapanuli bahkan diperkirakan tinggal sekitar 800 ekor saja akan menjadikannya salah satu kera besar paling terancam punah di dunia. Penyebab utamanya jelas yaitu perburuan liar, perdagangan ilegal, serta deforestasi untuk membuka perkebunan. Hutan-hutan tropis yang dulunya rimbun kini berubah menjadi lahan sawit atau area tambang. Orangutan kehilangan rumah, sumber makanan, sekaligus ruang untuk berkembang biak. Bayangkan jika semua ini terus berlanjut, dalam beberapa dekade ke depan orangutan bisa saja tinggal cerita.
Menyelamatkan Orangutan, Menyelamatkan Bumi
Apa sebenarnya hubungan orangutan dengan manusia? Jawabannya sangat erat. Tanpa orangutan, hutan kehilangan salah satu perawat terbaiknya. Padahal, hutan adalah benteng terakhir bumi dalam menghadapi krisis iklim. Jika hutan rusak, manusialah yang akan menanggung akibatnya mulai dari banjir, longsor, udara yang kian kotor, hingga suhu bumi yang terus meningkat.
Di sinilah peran orangutan berhubungan langsung dengan agenda pembangunan global. Mereka menjaga kesehatan hutan, dan hutan yang sehat berarti bumi lebih kuat menyerap karbon dioksida. Dengan kata lain, orangutan menjadi bagian penting dari upaya manusia melawan perubahan iklim. Lebih dari itu, orangutan juga dikenal sebagai spesies payung. Artinya, ketika kita melindungi mereka, kita sekaligus melindungi ratusan spesies lain yang tinggal di habitat yang sama mulai dari burung, serangga, hingga tumbuhan yang bergantung pada keseimbangan ekosistem hutan. Maka, berbicara tentang masa depan orangutan sejatinya sama dengan berbicara tentang masa depan manusia. Saat mereka hilang, bukan hanya satwa liar yang lenyap, melainkan juga bagian penting dari sistem kehidupan yang menjaga bumi tetap layak dihuni.
Kita Bisa Jadi Bagian dari Solusi
Menjaga orangutan bukan hanya tugas para aktivis lingkungan atau tanggung jawab pemerintah semata. Kita pun bisa berperan, karena setiap orang memiliki andil dalam menentukan masa depan hutan. Ada banyak langkah kecil yang tampak sederhana, tetapi bila dilakukan bersama-sama dapat menimbulkan dampak besar. Di beberapa wilayah Sumatra dan Kalimantan, misalnya, sudah ada pusat-pusat rehabilitasi yang berupaya menyelamatkan orangutan korban perburuan dan perdagangan ilegal. Mereka merawat satwa yang terluka, melatihnya kembali untuk hidup di alam liar, lalu melepasnya ke hutan agar bisa berperan kembali dalam menjaga ekosistem. Kita bisa mendukung upaya itu dengan cara-cara sederhana, seperti memberikan donasi, mengikuti program adopsi simbolis orangutan, atau sekadar membantu menyebarkan informasi mengenai pentingnya konservasi. Selain itu, kepedulian juga dapat diwujudkan lewat pilihan kita sehari-hari. Bijak dalam mengonsumsi produk berbahan dasar sawit atau kayu, misalnya, dapat membantu menekan laju deforestasi. Memilih produk yang memiliki label ramah lingkungan berarti kita ikut menolak praktik yang merusak hutan, walau hanya melalui keputusan membeli. Hal-hal kecil semacam ini, bila dilakukan secara konsisten oleh banyak orang, akan berkontribusi nyata menjaga rumah orangutan tetap utuh. Tak kalah penting, kita juga bisa menyuarakan kepedulian. Media sosial memberi ruang luas bagi siapa saja untuk berbagi pengetahuan, menggaungkan kampanye, atau mengingatkan orang-orang di sekitar agar lebih peduli terhadap lingkungan. Suara masyarakat yang bersatu akan memperkuat tekanan moral bagi pemerintah dan perusahaan untuk serius menjaga hutan. Pada akhirnya, perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil. Setiap tindakan, sekecil apa pun, akan menambah harapan bagi kelestarian hutan dan masa depan orangutan. Jika semakin banyak orang mau peduli, gelombang perubahan itu akan semakin kuat, dan bersama-sama kita bisa mengubah arah cerita dari kisah kepunahan menuju kisah penyelamatan.
Masa Depan Bersama
Melindungi orangutan berarti melindungi masa depan manusia. Jika hutan habis, kita kehilangan udara bersih, air segar, dan keseimbangan iklim. Jika orangutan hilang, ekosistem hutan runtuh, dan bumi kehilangan salah satu penjaga terpentingnya.
Mari kita bersuara untuk mereka yang tak bisa bersuara. Mari berdiri bersama orangutan. Karena masa depan yang lestari bukan hanya milik manusia, tapi milik semua makhluk yang berbagi rumah di bumi ini. Saat kita melindungi orangutan, sebenarnya kita sedang melindungi diri sendiri. Hutan yang lestari memberi kita oksigen, menjaga air tetap mengalir, dan menahan bencana. Jadi, perjuangan ini bukan sekadar tentang satwa liar, melainkan tentang keberlangsungan hidup manusia di bumi.
Seruan Harapan
Kini waktunya kita bertanya, apakah kita rela menjadi generasi yang dikenang karena membiarkan salah satu primata paling cerdas punah, atau justru dikenang karena berhasil menyelamatkan mereka? Pilihan ada di tangan kita. Suara, sikap, dan tindakan kita hari ini akan menentukan cerita masa depan. Semoga suatu hari nanti, manusia dan orangutan benar-benar bisa hidup berdampingan dalam harmoni hutan tropis yang lestari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI