Dari 120,47 juta hektare hutan yang masih mempunyai tutupan lahan 86,9 juta hektare dan hutan yang tidak mempunyai tutupan atau lahan terbuka 33,4 juta hektar.
Akibat semakin luasnya pembukaan hutan akan mengakibatkat ancaman bagi kelangsungan tumbuhan dan hewan.
Konflik pasti terjadi pada hewan, karena hewan memerlukan tempat yang khusus jauh dari kehiupan manusia terutama binatang buas.
Pun dengan ancaman terhadap tanaman yang dihadapkan pada gundulnya hutan dan punahnya tanaman berakibat bencana longsor dan banjir.
Kehilangan habitat hewan ini tentunya acaman terhadap keseimbangan alam dan untuk hewan itu sendiri karena akan hilangnya tempat berkembangbiakan dan makanan.Â
Hewan yang kekurangan makanan akan selalu mencari mangsa di luar habitatnya mereka akan mencari mangsa keluar dan masuk pada pemukiman masyarakat sekitar hutan.Â
Contoh di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ( TN BBS) dan kawasan hutan lindung kabupaten Lampung Barat konflik yang sering terjadi adalah konflik Gajah yang masuk ke perkebunan kopi dan merusak pemukiman masyarakat, Beruang madu memakan ternak kambing dan Harimau memangsa kambing.
Banyak upaya dari intasi terkat seperti halnya Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Provinsi Lampung berkolaborasi dengan Wildlife Conservation Society (WCS), yang telah banyak berkontribusi dalam penanganan komplik manusia dan hewan.
Kolaborasi ini memunculkan beberapa upaya yang dilakukan, seperti penghalauan gajah masuk pemukiman, penangkapan beruang madu untuk dipidahkan ke habitatnya di Desa Simpang Sari dengan melakukan pemasangan alat perakap, dan pencegahan harimau yang kerap memangsa kambing di Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat.