Mohon tunggu...
Ronald Pasir
Ronald Pasir Mohon Tunggu... Economist, Stock trader, financial adviser, freelance writer

Hobi Mancing dilaut, menyukai humor, open minded, peniti jalan kehidupan. Suka menulis, percaya bahwa kata-kata bisa menjadi senjata nurani. Menulis bukan untuk menjadi populer, tapi untuk membela yang tertindas dan menggugah yang terlena. Diam di tengah ketidakadilan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia: Negeri 1001 Malam.

22 Juni 2025   10:28 Diperbarui: 22 Juni 2025   10:28 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa jejaknya justru dominan di Indonesia dan Oseania? Dan mengapa temuan ini tidak menjadi diskursus nasional? Apakah ini karena kita terlalu sibuk dengan wacana identitas yang dangkal, sementara dunia tengah membicarakan asal-usul manusia dengan menjadikan Indonesia sebagai petanya?

Pusaran Energi, Magnet Batin, dan Politik Global

Sebagian peneliti spiritual dan metafisika meyakini bahwa Indonesia adalah salah satu "chakra bumi", titik pusat energi spiritual dunia. Tentu, ini bukan pandangan ilmiah pada umumnya. Tapi anehnya, banyak konflik sosial, politik, dan ekonomi besar dunia modern bermuara pada wilayah-wilayah yang diyakini menyimpan kekuatan energi.

Dalam kerangka geopolitik, Indonesia kini menjadi rebutan kekuatan global: AS, Cina, Rusia, Uni Eropa. Dengan bonus demografi dan cadangan sumber daya alam yang belum tereksplorasi sepenuhnya, Indonesia adalah puzzle kunci di panggung masa depan. Jadi, kalau ada yang bilang "negeri ini sedang diperebutkan secara halus", itu bukan konspirasi, tapi strategi geopolitik.

Satir Sejarah dan Ironi Bangsa

Di tengah banyaknya misteri yang melingkupi Indonesia, ironi justru terletak di dalam negeri. Penelitian sering terkendala birokrasi. Anggaran riset minim, ilmuwan disibukkan urusan administrasi, dan universitas lebih sibuk mengejar akreditasi daripada prestasi.

Kita adalah negeri yang konon menyimpan kunci peradaban, tapi seringkali menjadi penonton dari riset-riset luar yang membedah tubuh kita sendiri. Mungkin ini yang disebut Sartre sebagai "kesadaran yang terasing". Kita memiliki harta, tapi tidak merasa kaya. Kita menyimpan sejarah, tapi tidak ingin mengingat.

Bukan Konspirasi, Tapi Kesadaran yang Belum Terbangun

Mari kita luruskan. Artikel ini tidak mengajak Anda percaya pada teori konspirasi tentang bangsa Atlantis, alien pembangun candi, atau lemuria mistik. Namun artikel ini mengajak Anda untuk tidak anti pada rasa ingin tahu. Banyak misteri tentang negeri ini yang belum terungkap bukan karena tidak ada jawabannya, tapi karena belum cukup ada usaha untuk mencari.

Seperti kata Yuval Noah Harari, "Siapa pun yang menguasai narasi masa lalu, bisa menentukan arah masa depan." Maka tugas kita bukan sekadar menyusun fakta, tapi juga menghidupkan semangat eksplorasi---sebuah rasa ingin tahu yang tidak takut bertanya: "Apakah kita benar-benar mengenal Indonesia?"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun