Ketika berbicara tentang "cinta dunia" (hubbud dunya), sering kali yang muncul adalah bayangan tentang kemewahan, karier, atau gawai canggih yang kita genggam setiap hari. Namun, di sisi lain, kita juga diajarkan untuk mempersiapkan kehidupan akhirat. Dua hal ini sering dianggap bertolak belakang, padahal sejatinya dunia dan akhirat bukan dua kutub yang berlawanan, tetapi dua sisi kain yang harus dirajut bersama.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Qashash ayat 77:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia; dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu."
Ayat ini menegaskan keseimbangan. Kita boleh berusaha keras di dunia, selama arah dan niatnya tertuju pada kebaikan dan kemaslahatan.
Dunia dan Akhirat, Seperti Frontend dan Backend
Sebagai dosen Teknologi Informasi Unimma, saya sering merenungkan bahwa hidup ini tidak jauh berbeda dari sebuah sistem digital. Dunia adalah frontend---bagian yang terlihat, menarik, penuh warna, dan bisa memukau siapa saja. Namun, akhirat adalah backend, sistem inti yang menentukan apakah seluruh tampilan itu akan berjalan dengan baik atau justru error.
Banyak orang sibuk mempercantik tampilan frontend kehidupannya---dengan status sosial, pencapaian, atau popularitas di media sosial---tetapi melupakan backend-nya: niat, amal, dan hubungan dengan Allah.
Padahal, sebagaimana dalam sistem informasi, jika frontend dan backend tidak terhubung dengan baik, maka sistem akan gagal menjalankan fungsinya. Begitu pula kehidupan yang kehilangan keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Dunia Sebagai Jalan Menuju Akhirat
Rasulullah bersabda:
"Tidak ada iri hati kecuali kepada dua orang: orang yang Allah berikan harta lalu ia menginfakkannya di jalan Allah, dan orang yang Allah berikan ilmu lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa dunia bisa menjadi jembatan menuju akhirat. Harta, ilmu, teknologi---semuanya dapat bernilai ibadah jika digunakan untuk kebaikan.