Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kota Terakhir | Cerpen BANYU BIRU

27 Maret 2025   11:10 Diperbarui: 27 Maret 2025   11:10 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami hidup di atas konspirasi-konspirasi yang menyebar hampir ke seluruh kota. Banyak yang bilang kalau kota ini adalah kota terakhir di muka bumi ini yang bisa bertahan dari bencana besar. Tidak ada yang bisa membuktikan alasan dibalik bertahannya kota ini. Teori liar lain mengatakan bahwa kota ini diselubungi oleh tameng tak kasat mata yang berfungsi sebagai pelindung serangan dari luar. Teori ini cukup diragukan oleh warga kota karena kalau benar ada tameng semacam itu, berarti teknologi yang digunakan untuk menciptakannya pasti luar biasa sebab bisa menyelubungi satu kota dengan luas hingga 1.800-kilometer persegi. Yang paling tidak masuk akal adalah adanya keyakinan bahwa kota ini sebenarnya adalah kota eksperimen para ilmuwan yang entah tentang apa. Tampak dari kebijakan ketua koloni yang memberi makan gratis anak-anak muda di kota ini. Dari mana sumber makanan itu di tengah krisis seperti ini, tidak ada yang mempertanyakan -- lebih tepatnya tidak berani mempertanyakan.

Aku memang lahir di kota ini. Aku sudah menyaksikan bagaimana orang-orang hidup saling mencurigai dan saling merampas untuk bertahan hidup. Nyawa pun seakan tidak berarti kalau kau tidak masuk koloni manapun. Untungnya, ketua koloni masih banyak dipercaya oleh warga kota. Ia memang kelihatan keras dan tegas. Namun, di tengah krisis seperti ini, warga kota tidak banyak protes. Katanya hidup akan lebih aman kalau pemimpinnya seperti ketua.

Dari antara teori yang kusampaikan di atas, koloni kami memilih percaya bahwa kota ini adalah kota yang berhasil bertahan dari bencana besar di muka bumi. Buktinya jelas terlihat dari puing-puing bangunan, pohon-pohon besar roboh tak beraturan dan kemudian ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan liar yang menjalar juga berbagai jenis jamuran. Banyak lubang-lubang di berbagai area yang kemungkinan besar karena patahan atau retakan akibat pergerakan lempeng bumi. Alasannya sederhana, kata ibu supaya kami fokus pada kehidupan saat ini. Tidak perlu memusingkan hal-hal percuma yang tidak bisa mendukung kelangsungan hidup di kota ini.

"Ibu tidak penasaran dengan apa yang ada di luar?" tanyaku suatu saat.

"Bagaimana kalau tidak ada luar kota, Chad? Mungkin kota ini adalah kota pertama dan terakhir? Kota satu-satunya?"

Aku melenguh, "Ah, ibu! Ibu menambah konspirasi baru lagi."

"Chad, ibu tahu kamu sedang ingin tahu banyak hal, tapi tidak semua pertanyaan memerlukan jawaban. Ada banyak hal yang lebih baik tidak kita tahu atau membiarkan sesuatu itu menyingkapkan dirinya."

Tentu aku tidak puas dengan pernyataan ibu. Bagiku itu adalah upaya membinasakan kemampuan berpikir manusia.

"Tapi apa ibu tidak berpikir, kalau koloni yang lain itu benar, Bu?" tanyaku lagi, "Ya, aku tahu, ketua koloni memberi kita makan secara cuma-cuma. Tapi di sisi lain, ketua koloni juga semena-mena. Ibu tidak lihat, bagiamana dia menggandeng mantan prajurit-prajuritnya untuk memimpin koloni? Bagaimana jika memang kita adalah kelinci percobaan yangs sengaja dikenyangkan supaya tidak banyak perlawanan saat ingin ditangkap? Bukankah kita harus melakukan sesuatu?"

"Chad, sekarang ibu tahu motif dibalik pertanyaanmu." Ibu menjeda, "May?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun