Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelajaran IPS pada Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994

9 Juni 2021   12:16 Diperbarui: 9 Juni 2021   12:25 3517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini hanya sekedar mengingatkan kembali bahwa sebelum kurikulum nasional yang kita gunakan saat ini, ada kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yang pastinya menjadi bahan evaluasi untuk menghasilkan kurikulum yang solid, mantap dan sesuai dengan kebutuhan dan cita-cita pendidikan Indonesia.

Subjek atau mata pelajaran yang pernah diberlakukan dalam sistem pendidikan Indonesia diharapkan mampu membawa siswa menjadi pribadi yang kompeten dan siap hidup bermasyarakat dan bernegara dan mampu hidup sebagai kaum intelektual yang tidak tertinggal. Tulisan ini membahas Kurikulum tahun 1984 dan 1994 dan berfokus pada pelajaran IPS pada masa itu.

Pelajaran IPS pada Kurikulum 1984

Posisi siswa dalam kurikulum 1984 adalah sebagai subyek belajar. Mulai dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelmpokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut proses Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum 1984 menuntut siswa agar memiliki kreativitas dan efisiensi untuk bekerja. Hal ini sesuai dengan tuntunan GBHN 1983.

Ciri-ciri Kurukulum 1984

  • Berorientasi pada tujuan intruksional
  • Pendekatan yang digunakan adalah CBSA
  • Pelaksanaan PSPB (pendidikan sejarah perjuangan bangsa)
  • Perbedaan materi pelajaran pada setiap tingkatan. Semakin tinggi tingkatan kelasnya, semakin banyak materi yang dibebankan pada siswa.
  • Menanamkan pengertian terlebih dahulu baru diberikan pelatihan.

            Tokoh dibalik perkembangan kurikulum ini adalah Prof. Dr. Conny R. semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1984-1992 yang juga Rektor IKIP Jakarta (UNJ) periode 1984-1992. Perubahan dilakukan kerena para pendidik tidak bisa mengoptimalkan pendekatan belajar CBSA yang sebagian besar adalah diskusi. Guru tidak lagi menggunakan model ceramah sehingga yang ada hanyalah kegaduhan dalam kelas karena terlalu banyak suara. Karena itu penolakan untuk CBSA mulai bermunculan.  Kelebihannya, siswa diberi kesempatan secra aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman belajar secara maksimal baik dalam ranah kogniti, afektif, dan psikomotor.

         Pelajaran IPS tidak terlalu banyak berubah tetapi Kurikulum ini hanyalah penyempurna dari kurikulum 1975. Dalam kurikulum 1984, pengajaran mulai diuraikan berdasarkan disiplin ilmu sosial secara terpisah tetapi lebih luas tetapi hanya untuk SMP. Disiplin ilmu seperti sosiologi, antropologi, hokum, politik, dijadikan masukan baru dalam IPS.

      Dalam GBPP kurikulum 84, IPS SMP hanya terdapat dua tujuan kurikuler yaitu untuk sejarah dan bukan untuk sejarah. Tujuan kurikuler yang bukan sejarah adalah tujuan kurikuler untuk Geografi, sosiologi, ekonomi, antropolgi, politik, hokum, ligkungan hidup dan keluarga berencana yang dirumuskan dalam satu tujuan kurikuler.

      Berbeda dengan SMP, di SMA nama IPS tidak lagi digunakan. Tetapi semua yang displin ilmu itu berdiri sendiri-sendiri yaitu geografi, tata negara, ekonomi, antropologi-sosiologi. Selain itu ilmu sosial tersebut dibagi menjadi dua bagian ada program inti dan program pilihan. Program inti adalah program yang diberikan kepada siswa: ada untuk semua kelas 1 (ekonomi, dan ekonomi untuk kelas 2 dan 3 hanya program pilihan).

Ada yang diberikan setiap semester ganjil (PSPB) ada yang diberikan di kelas 2 dan 3 (Geografi) dan kelas1-3 (Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia). Kurikulum ini mengenal 5 program A. A1=ilmu-ilmu fisik, A2= ilmu-ilmu biologi, ilmu sosial berada pada program A3, A4=ilmu budaya, A5=ilmu agama

Pendidikan IPS pada Kurikulum 1994

      Pembahasan digunakannya kurikulum ini didasarkan pada dokumen resmi yang ada yaitu keputusan dan kebudayaan no. 060/U/1993 tentang kurikulum Pendidikan Dasar yang  menyatakan struktur SMA terdiri dari Prograam Bahasa,program IPA, dan program IPS.Kurikulum 1994 lebih berupaya pada memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1975 dengan kurikulum 1984, anatara pendekatan proses siswa

Pada kurikulum 1994, mata pelajaran IPS mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena berlakunya UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perubhan yang terjadi adala digantinya Pendidikan Moral Pancasila menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kedudukan PPKn ini masih tetap sebagai mata pelajaran dalam lingkup IPS khusus dan wajib diikuti oleh siswa semua jenjang pendidikan.

Siswa dipandang sebagai pribadi yang aktif dengan diterapkannya model pembelajaran CBSA. Kegiatan belajar cenderung mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif saja. Tetapi banyak yang protes dengan sistem ini karena seakan-akan beban belajar dinilai terlalu berat. Hal Inilah yang menjadi kekurangan dari pelaksanaan kurikulum ini. Siswa dituntut untuk terus terlibat aktif padahal siswa pasti sulit untuk mengikuti. Dan materi pelajaran yang dikejar juga kurang relevan dengan aplikasi sehari-hari. Namun kelebihannya, siswa untuk memecahkan masalah dengan dasar pemikiran yang logis, kristis, rasional,jujur, cermat, efisien dan efektif.

Ciri-ciri Kurikulum 1994

  • Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system catur wulan.
  • Pembelajaran berorientasi pada isi pelajaran yang cukup padat.
  • Bersifat populis, berlaku bagi semua siswa di Indonesia. Dan disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
  • Guru menghendaki keterlibatan siswa secara aktif.
  • Pengulangan-pengulangan materi untuk pemantapan pemahaman.
  • Kekurangan. Beban siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa (Drost, 1998).

REFERENSI

(n.d.). Retrieved from file.upi.edu > Direktori > FPBS > Sejarah Perkembangan Kurikulum

Drost, J. I. (1998). Sekolah: Mengajar atau Mendidik? Jakarta: Kanisius.

Hasan, H. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun