Mohon tunggu...
Ranna Babel
Ranna Babel Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hy

Anak Pend. IT yang merangkap suka Sastra, Seni dan Nicholas Saputra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penerapan Uji Plagiarisme yang Disalahartikan Pihak Universitas

8 Juni 2022   00:58 Diperbarui: 10 Juni 2022   14:41 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah lainnya adalah, umumnya yang di uji plagiat adalah tugas akhir mahasiswa. Sebagaimana diketahui dalam penelitian kuantitatif ini, uraian penjelasannya, formatnya hampir-hampir sama, bahasanya sudah seperti template, seperti "Berdasarkan tabel di atas karaktersitik responden dst.. kalimat ini umumnya akan ada di penelitian kuatitatif dan karena adanya sistem uji plagiarisme mahasiswa dituntut parafrase ekstrim.

Sedangkan yang ingin diparafrase cuma penjelasan singkat dalam tabel yang artinya kalimat akan terputar di itu-itu saja, berbeda jika uraiannya secara kualitatif, ditambah tabel hasil spss pun juga bisa terbaca sebagai tindakan plagiat oleh software padahal faktanya sama sekali tidak melakukan plagiasi. 

Singkatnya begini, misalnya dalam penelitian kuantitatif, uraian metode penelitian dan penguraian hasil spss itu kalimatnya sudah seperti template, karena menguraikan data dengan menggunakan teknik analisis yang sama, sehingga tata bahasanya pun sudah cukup umum seperti "Jenis penelitian ini adalah, populasi dalam penelitian ini adalah...". 

Kalimat-kalimat seperti itu jelas tidak termasuk tindakan plagiat, tetapi sistem uji plagiarisme akan membaca kalimat tersebut sebagai plagiat sebab sudah banyak sekali miripnya yang ada di internet dan itu jelas menambah angka persentasi plagiat. Ini jelas masalah krusial.

Harusnya kampus menggunakan admin untuk menyesuaikan kembali kalimat-kalimat yang harusnya di beri tanda agar tidak ikut terbaca oleh sistem, karena sistem tidak memiliki kemampuan memilah mana yang sesuai prosedurdan tidak, sistem hanya bekerja dengan menyesuaikan kesamaan kalimat. 

Yang mirisnya lagi, kampus hanya menyuruh mahasiswa untuk melakukan farafrase, padahal dalam farafrase juga ada aturannya. Halamna berlembar-lembar yang terdeteksi plagiat lalu di farafrase, ini sama saja menyuru orang mengganti kalimat, tetapi kita sadar betul itu bukan isi pikirannya, bukankah itu masih termasuk tindakan plagiat?

Sebenarnya dari kasus uji plagiarisme ini cukup menggambarkan ada gap antar universitas di Indonesia dengan teknologi. Sebab ini sama saja pihak universitas tidak mempelajari kinerja dari sistem itu sendiri sebelum melakukan implementasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun