Mohon tunggu...
Ranna Babel
Ranna Babel Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hy

Anak Pend. IT yang merangkap suka Sastra, Seni dan Nicholas Saputra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Anak 90-an (Generasi Tanpa Gedget) Lebih Baik Dibanding Anak Era Sekarang?

18 Januari 2022   01:46 Diperbarui: 18 Januari 2022   05:39 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemarin ada postingan lewat di beranda facebook saya, isinya tentang kerinduan seseorang pada masa kecilnya yang katanya penuh kedamaian tanpa handphone. Dalam postingan itu tidak sedikit yang membandingkan anak-anak zaman dulu lebih baik dengan anak-anak saat ini yang dominan kecanduan oleg gedget.

Tulisan tersebut memaksa saya kembali mengenang masa kecil, tepatnya ketika masih SD. Membayangkan kembali interaksi saya  dengan teman-teman tanpa handphone yang di artikan indah oleh sebagian orang dewasa kini. Sejauh ingatan saya, saya berani menyimpulkan bahwa tahun 90-an tidak seindah, tidak sebaik dan semanis itu.  

Paradigma yang terbentuk saat ini adalah handphonelah yang merusak moral anak. Hal ini bisa dibuktikan setiap kenakalan remaja selalu dihubungkan oleh handphone. Seakan handphonelah variabel satu-satunya yang merusak mental dan karakter meraka.

Pernyataan tersebut saya rasa kurang valid, karena seingat saya, ketika sekitar tahun 2000-an kenakalan remaja itu sudah ada, padahal handphone masih tidak semudah sekarang untuk dimiliki. Kelas tiga SD saya sudah tidak asing dengan pemandangan pacaran di antara teman-teman sebaya saya, perilaku tidak bermolar banyak saya temui. Bedanya dulu tidak terekspose ke publik, karena gak ada jalan menuju kesana. Sedangkan era sekarang, modal jaringan saja, apa yang dilakukan seseorang saat ini berpotensi diketahui orang banyak saat itu juga. Makanya banyak yang menarik kesimpulan mungkin, bahwa karena tontonan di hanphonelah yang membuat anak jadi tidak bermoral.

Memang dari data penelitian anak kecanduan bermain handphone, memiliki dampak yang buruk terhadap tumbuh kembangnya seperti terpapar radiasi, menurunnya kreativitas, individualis dll. Tetapi bagi saya, rusaknya moral anak tidak serta merta karena kehadiran handphone, tetapi variabel yang paling memengaruhi adalah peran orang tua dalam mengedukasi anak akan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kalau pondasi nilai-nilainya kuat, kehadiran handphone akan dominan dimanfaatkan untuk tujuan yang positif.

Indahnya masa kanak-kanak itu bukan karena ada dan tidak adanya handphone, tetapi karena ada tawa di masa itu, ada hubungan harmonis baik kepada keluarga atau dengan teman-teman. Coba anak broken home, disuru mengenang masa kecilnya pasti ada trauma karena dipikirannya tentang pertengkaran orang tua dan berbagai kehidupan sulit lainnya. Begitupun anak-anak yang hiburannya saat ini lebih banyak melalui layar handphone, tetapi jika hubunganya bersama orang tua dan lingkungan baik-baik saja, saya percaya aktivitas itu akan jadi kenangan manis juga jika dikenang ketika mereka dewasa.

Jika dilakukan perbandingan lebih baik mana anak-anak dahulu yang belum ada gedget dibandingkan sekarang, kalau diukur dari sisi kesehatan mungkin secara statistik lebih baik dulu,tetapi jika diukur dari aspek kognitif yah saya rasa masih banyak juga kok anak-anak yang berprestasi meskipun telah mengenal handphone atau internet.

Jadi, generasi apapun itu, masa kanak-kanak selalu punya cara untuk dikenang indah, baik itu mereka telah mengenal handphone atau tidak. Dan setiap era punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga sulit dilakukan perbandingan. Satu-satunya yang miris di usia anak-anak adalah keluarga yang tidak harmonis, didikan yang tidak baik, hal itulah yang cukup berpengaruh akan mental anak kedepan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun