Mohon tunggu...
Rani Yulianty
Rani Yulianty Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Moms two kids

Blogger, penulis buku cerita anak, pebisnis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memanusiakan Manusia Melalui Kaizen di TMMIN

24 Juni 2015   14:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:04 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau jalan nggak boleh memasukkan tangan ke saku,” kata Mbak Bianca, salah satu staf PAD di TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia)

Itu merupakan salah satu peraturan yang terdapat di TMMIN. Tampak sepele namun peraturan dibuat ada tujuannya, khan. Coba ada yang tahu kenapa tidak boleh memasukkan tangan ke saku saat jalan? Jawabannya sangat sederhana, saat berjalan lalu kita tiba-tiba jatuh dan tangan ada dalam saku, kira-kira apa yang terjadi? Ya, tangan tidak bisa menahan beban tubuh kita dan akibatnya bisa fatal. Kepala akan jatuh gedebuk ke lantai tanpa tangan bisa menahannya. Sederhana, bukan? Namun, jika dilanggar, akibatnya membahayakan.

                                  (Beragam tulisan berisi peraturan dan slogan di pabrik TMMIN | Kompasiana.com-Id Satto)

 

Peraturan-peraturan di TMMIN memang sangat ketat. Namun, peraturan itu dibuat memang dengan tujuan untuk memanusiakan manusia. Manusia bukanlah mesin melainkan individu unik yang memiliki kemampuan dan talenta yang berbeda-beda. TMMIN melalui budaya kerjanya mampu menciptakan manusia-manusia yang mampu menghasilkan produk-produk berkualitas. Lalu bagaimana sih hal tersebut bisa membudaya di TMMIN? Ya, hal ini dikarenakanprinsip utama di TMMIN yaitu Kaizen yang terbagi dalam dua pilar yaitu Continous Improvement (perbaikan terus-menerus) dan Respect for people (menghargai orang). Kedua pilar tersebut mampu menciptakan cara kerja Production System yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Hal dasar di TMMIN sebenarnya sederhana yaitu melakukan perbaikan secara fokus, tepat sasaran dengan hasil yang cepat. Tampak sederhana namun efeknya luar biasa bagi produktivitas kerja para member di TMMIN.Hal itu dikarenakan kaizen fokus pada penghilangan pemborosaan saat proses produksi sehingga kualitas produk dan nilai produk terus-menerus mengalami perbaikan. Hasilnya, produk yang dihasilkan berkualitas dan diakui oleh seluruh dunia. Prinsip ini pun bisa diterapkan di berbagai jenis perusahaan produksi.

Proses pembuatan mobil merupakan proses yang sangat panjang. Namun, dengan budaya kerja yang dijunjung oleh segenap member di TMMIN, proses kerja yang panjang tersebut dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Hal tersebut berpegang pada konsep Monozukuri yang secara filosofi juga diartikan cara hidup yang berkelanjutan. Secara istilah perusahaan, monozukuri dapat diartikan bagaimana membuat barang dengan proses-proses yang dilakukan melalui perbaikan terus-menerus sehingga selalu ada perbaikan dalam produk tersebut. Hal tersebut benar-benar diimplementasikan oleh Toyota yang sudah berdiri di Indonesia sejak tahun 1973. Sejak itu juga, TMMIN selalu fokus pada pengembangan sistem kerja monozukuri dan pengembangan produk yang diinginkan oleh konsumen. Hasilnya, seperti kita ketahui semua, produk-produk mobil Toyota selalu diminati oleh masyarakat Indonesia dengan harga jual yang tetap tinggi. Setiap mengeluarkan produk, baik mesin maupun mobil utuh, Toyota selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan keinginan konsumen.

   (Para member TMMIN sedang melakukan proses kerja sesuai dengan kaizen | Kompasiana.com-Id Satto)

 

Hasil dari budaya kerja yang produktif mengakibatkan Toyota grup mampu melakukan ekspor produk dalam jumlah yang sangat besar, baik itu berupa mesin maupun mobil utuh. Sudah pada tahu khan, mobil pabrikan Toyota buatan Indonesia banyak diminati di luar negeri. Bahkan, komponen-komponen mesin dari Toyota sudah diekspor ke 72 negara di dunia. Itu hasil anak bangsa, lho, hasill bangsa Indonesia. Produktivitas yang tinggi juga dibarengi oleh tiga prinsip penting yaitu tidak membuat cacat, tidak menerima cacat, dan tidak meneruskan cacat. Terbayang khan bagaimana produk yang dihasilkan oleh Toyota yang berprinsip pada tiga hal tersebut? Tidak membuat cacat, para member di TMMIN memang sudah memahami betul budaya kerja.

Lalu bagaimana cara TMMIN menciptakan manusia yang memiliki mental kaizen? Setiap hari TMMIN mengadakan training bagi para membernya. Training-training yang dilakukan setiap hari membuat para member terus-menerus menerima ilmu dan menerapkan ilmu yang diperolehnya. Training dilakukan secara berkelanjutan. Untuk menjadi manusia yang memiliki jiwa kaizen memang dibutuhkan keinginan untuk belajar terus menerus. Bahkan TMMIN tidak segan memberikan beasiswa bagi membernya untuk belajar ke Jepang sehingga bisa mendapat training dan pelajaran langsung dari Jepang. Hal tersebut bertujuan untuk memanusiakan manusia dengan prinzip kaizen. Perlu diketahui, 100% member di TMMIN merupakan tenaga ahli asal Indonesia yang berhasil dididik melalui proses training yang berkesinambungan. Para member tersebut merupakan fresh-graduate yang mendapatkan training dan didikan dari TMMIN sehingga menghasilkan SDM yang sesuai dengan konsep Toyota. Hal positif lainnya dari kaizen yaitu adanya rangsangan inovasi member melalui kebebasan memberikan ide untuk perbaikan kerja member. Banyak hal inovatif yang dihasilkan member TMMIN yang berkaitan dengan proses kerja. Misalnya, saat memutar mesin, member terpaksa harus membungkuk dan mengakibatkan sakit pinggang. Kemudian, ada member yang memberikan ide agar proses menjalankan mesin tidak harus membungkuk melainkan cukup berdiri dengan diciptakannya pegangan yang sejajar tangan. Hasilnya, produktivitas meningkat, kesehatan member pun terjamin. Pola-pola kaizen tersebut berhasil ditanamkan kepada member TMMIN sehingga menghasilkan sistem dan budaya kerja yang terus inovatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun