Mohon tunggu...
Raniah Fatimah
Raniah Fatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Learn by doing

A Russian Studies student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kreativitas Seniman Indonesia Selama Masa Pandemi

28 Juli 2021   23:33 Diperbarui: 25 November 2021   10:53 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun para seniman telah menemukan cara yang baru, teater virtual memiliki modal yang jauh lebih tinggi dibandingkan pertunjukan secara langsung. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya jaringan internet, penyewaan alat-alat rekaman, serta teknologi internet yang masih terbatas di daerah pedesaan. 

Dengan adanya komplikasi-komplikasi tersebut, tidak sedikit seniman yang tidak berkesempatan untuk melakonkan pertunjukan mereka secara virtual. 

Seniman Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan serta hambatan selama masa pandemi Covid-19. Seperti apapun bentuk dari pertunjukannya, para seniman Indonesia telah bersikap bijak dalam menghadapi situasi tersebut dan terus berusaha sebaik mungkin agar dapat mewujudkan pertunjukan mereka di masa depan.

Beragam peraturan yang membatasi aktivitas selama pandemi tak hanya memberikan dampak negatif bagi para seniman, namun juga memberikan dampak positif terutama pada seniman grafis dan seni murni dari Bali. 

Sejak timbulnya berbagai rintangan yang menghalangi karir seniman, muncul banyak seniman yang mengadakan workshop serta mengiklankannya melalui media sosial. 

Aneka karya yang dihasilkan memiliki proses kreatif yang mampu dijadikan sebagai kegiatan yang menghibur selama masa pandemi, serta memberi pengalaman baru bagi peminatnya. 


Salah satu contohnya yaitu Artniluh dan Kapingit Studio yang diciptakan oleh seniman Ni Luh Pangestu dan Lie Ping Ping yang telah bekerja sama dan membentuk "cukilin" dengan mengadakan workshop linocut.

Bagi beberapa orang, seni grafis linocut merupakan hal yang menarik untuk dicoba bila ingin melepas penat dari rutinitas online selama pandemi, karena seni grafis ini dapat dikerjakan secara langsung, manual, terdapat interaksi sosial, namun tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. 

Oleh karena itu, seniman yang terhimpun dalam "cukilin" telah sukses menarik hati masyarakat melalui media sosial dengan mencoba memberikan makna baru melalui teknik kuno seni grafis linocut, yang nyatanya merupakan suatu hal yang baru di zaman digital ini. 

Workshop linocut diadakan terbatas, seperti di beberapa kedai kopi, bar dan restoran serta studio kesenian yang terletak di daerah Ubud dan Canggu yang bekerjasama dengan "cukilin". Namun untuk saat ini, biaya workshop yang relatif tinggi membuat aktivitas ini jarang dijejaki para pelajar atau mahasiswa.

Sehubungan dengan seni rupa, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan selama pandemi telah membuat para pengrajin batik harus mencari jalan untuk mempertahankan usahanya agar perekonomiannya tidak terganggu dalam kondisi tersebut. Selain menekan para seniman batik untuk melestarikan seni tradisi, mereka juga harus menjaga ketenangan diri di tengah pandemi Covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun