Mohon tunggu...
Doyok Doyok
Doyok Doyok Mohon Tunggu... -

Ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mau Berperang dengan Malaysia ?.

26 Agustus 2010   17:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_240373" align="alignright" width="300" caption="F16 seperti ini juga dimiliki Indonesia, suku cadangnya di embargo ( Foto Antara )"][/caption] Travel warning yang dikeluarkan pemerintah Malaysia untuk tidak berpergian ke Indonesia disikapi oleh pejabat negeri ini bahwa hal itu akan merugikan Malaysia sendiri. Disamping itu, ada sementara pandangan bahwa jika seluruh TKI pulang maka dampaknya ekonomi Malaysia akan hancur. Demikian juga dalam media Televisi, politikus berbicara keras dengan penuh keyakinan bahwa Indonesia mampu mengalahkan Malaysia dengan mudah. Lalu apa sebetulnya yang menyebabkan pemerintah seperti sangat lembek menghadapi negeri jiran itu yang telah dianggap sering melecehkan bangsa Indonesia ?. [caption id="attachment_240367" align="alignleft" width="300" caption="Kapal Perang Baru buatan Belanda, hanya untuk pertahanan ( Fota Antara )"][/caption] Kekuatan militer Indonesia saat ini masih dinilai terbesar di Asia Tenggara, namun menjadi kekuatan militer terbesar berarti menjadi yang terkuat ?. Mungkin disinilah letak permasalahannya, Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata negeri ini tak akan secara gegabah mengambil keputusan mengikuti sikap emosional bangsanya. Dari anggaran militer Indonesia yang hanya berkisar US 1 Milyard, dibanding negeri jiran yang hampir dua kalilipatnya adalah sebagai gambaran bahwa militer Indonesia saat ini lebih memfokuskan pada pertahanan nasional, bukan untuk arah yang ofensive.  Selain itu, embargo suku cadang yang dilakukan oleh negara pensupply persenjataan utama Indonesia secara langsung telah membuat persenjataan Indonesia tak lebih sebagai pajangan. Pengadaan pesawat tempur dari Russia misalnya, masih menjadi macan ompong karena belum mampu dipersenjatai dengan peralatan yang lebih modern. Keterbatasan Anggaran militer seperti kita ketahui, walaupun itu tidak diakui, sangat berpengaruh pada perawatan peralatan militer negeri kita, akibatnya kecelakaan pesawat TNI AU misalnya sudah berulang kali terjadi. Banyak hal yang masih harus dipikirkan untuk pembenahan angkatan bersenjata kita termasuk dalam hal kesejahteraan.  Masuk akal,  jika SBY harus mengambil sikap berdiplomasi ketimbang mengikuti sikap emosional bangsa,  sebab dalam situasi keuangan negara yang masih menutup anggaran dengan berhutang bukan tidak mungkin situasi ekonomi akan lebih runyam jika harus berperang. [caption id="attachment_240370" align="alignleft" width="300" caption="Perlu Armada yang kuat seperti milik Amerika Serikat ini ( Foto sigma )"][/caption] Tentunya, dalam situasai seperti ini juga dimanfaatkan pula oleh para politisi untuk menangguk simpati dengan mengikuti suara rakyat itu. Sebaliknya, militer yang berada dibarak harus berpikir, bagaimana mungkin memenangkan perang hanya dengan semangat tanpa didukung peralatan yang memadai. Berapa sesungguhnya jumlah militer aktive negeri ini untuk menjaga teroterial, dengan luas wilayah dan jumlah penduduk seperti Indonesia mestinya anggaran militer yang dibutuhkan akan jauh lebih besar dari anggaran negeri jiran itu. Nyatanya, anggaran militer Indonesia jauh lebih kecil dari Malaysia, hal itu menunjukkan Indonesia lebih memfokuskan pada pertahanan yaitu pemeliharaan personel, peralatan yang dimiliki harus pula dipelihara secara kanibal karena kelangkaan suku cadang.  Para politisi tentunya mengesampingkan kondisi itu, walaupun sesungguhnya memahami sekali dengan kondisi angkatan perang kita, karena moment perseteruan dengan Malaysia tersebut menjadi situasi yang menguntungkan dalam perebutan kekuasaan di Indonesia. Politik memang aneh, ada suatu saat masyarakat tergerak menentang kebijakan yang dianggap tidak memuaskan, suasu saat berbalik meminta pemerintah mengikuti emosi masyarakat demi rasa nasionalisme, masyarakat lupa dengan situasi ekonomi yang tidak memuaskan. Dalam suatu saat yang lain, rakyat bersatu dengan satu tujuan yaitu ganyang Malaysia, dilain saat masayarakat saling berkonflik mendudung orang2 yang ingin berkuasa. Lalu apa yang menjadi tujuan dari Indonesia merdeka ?. Mestinya, semua harus sepakat untuk bersama2 mencapai kesejahteraan, bangsa yang sejahtera akan menjadi bangsa yang dihargai oleh bangsa lain. Nyatanya, yang terjadi saat ini, masyarakat bersatu bila rasa nasionalismenya tersinggung, sedangkan untuk mencapai kesejahteraan tidak pernah bersatu, masing2 mendukung pemimpin idolanya, sayangnya pemimpin idolanya banyak sekali sehingga dalam urusan pilkadapun masyarakat sering berkonflik sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun