Mohon tunggu...
Randy Sihombing
Randy Sihombing Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASiSWA STT HKBP Pematang Siantar

Randy Wanda NIcola Sihombing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Udud: Perspektif Teologi dan Aktualisasi Diri

12 Juni 2021   14:05 Diperbarui: 12 Juni 2021   14:08 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

           

            Pada masyarakat Sunda "udud" memiliki makna "rokok". Sebelum kita memasuki pembahasan utama pada kali ini, ada baiknya kita memahami filosofis rokok terlebih dahulu. Rokok pertama sekali ditemukan di Indonesia pada tahun 1906 yang digagas oleh Nitisemito, di Jawa. Rokok pertama sekali disebutkan dengan "kretek" mengapa? karena pada saat itu, ketika rokok dihisap akan mengeluarkan bunyi "kretek-kretek", dan kemudian berkembang, hingga saat ini. Pengguna rokok di Indonesia pada saat ini mencapai angka yang sangat tinggi, dan yang lebih dominan di isi oleh kalangan remaja. Bagaimanakah pandangan Teologi terhadap rokok?

            Jika kita mengutip dari Alkitab yang tertulis di dalam 1 Korintus 6:19-20 yang mengatakan bahwa "atau tidak taukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah dibayar lunas: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!". Pada ayat ini yang menjadi penekanan adalah tubuh manusia, yang berarti juga dengan Bait Roh Kudus. Jika kita pikirkan dengan logika, ketika kita merokok kita akan merusak tempat tinggal daripada Roh Kudus. Yang menjadi dasar pemikiran kita pada saat ini adalah tubuh kita adalah alat untuk mempermuliakan Tuhan, jika kita merusak tubuh kita maka secara simpel kita tidak dapat mempermuliakan Tuhan. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah Ketika kita merokok dan menghasilkan kegembiraan hati, apakah tubuh kita akan rusak? Dan kita tidak dapat mempermuliakan nama-Nya?

            Kita dapat melihat "rokok" dari sudut pandang aktualisasi diri. Merokok merupakan bagian dari aktualisasi diri, yang berarti mengarah kapada individu dan tidak mengarah kepada general. Dalam hal ini, merokok merupakan pilihan masing-masing, jika kita ingin merokok maka otomatis kita sudah mengaktualkan diri kita. Dari sudut pandang aktualisasi diri merokok harus diikuti dengan etika. Artinya, ketika kita merokok kita harus mengetahui posisi dan kondisi yang terjadi. Contoh, jika kita kita merokok dalam posisi yang memiliki tempat dominan yang tidak merokok, dan kondisi yang juga tidak memungkinkan, maka kita haruslah mecari posisi yang baik agar tidak merugikan orang lain.

            Jika kedua sudut panadang tersebut kita satukan terdapat hal-hal yang sangat kontras. Dimana dari sudut pandang teologi merokok merupakan perusak tubuh. Namun, dari sudut pandang aktualisasi diri, merokok merupakan bagian dari pemantapan individu. Kita dapat menyimpulkan hal tersebut dari sudut pandang Alkitab yang tertulis dalam Amsal 17:22a "Hati yang gembira adalah obat". Dalam ayat ini kegembiraan hati merupakan obat dari segala obat yang ada di bumi ini. Jika kita kaitkan dari perbedaan kedua sudut pandang tersebut menghasilkan hal yang demikian, jika kita merokok dan menghasilkan hati yang gembira dan diikuti dengan etika, maka merokok bukanlah suatu hal yang dapat merusak Bait Roh Kudus (tubuh). Mengapa? Karena merokok menghasilkan kegembiraan hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun