Mohon tunggu...
Randi Dian Saputra
Randi Dian Saputra Mohon Tunggu... Master Student at the University of Technology of Sydney

Seseorang yang sedang berusaha mengubah stres menjadi energi positif.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Percayalah, Kita Semua akan Mati Dua Kali

9 September 2021   20:35 Diperbarui: 19 Juni 2025   11:31 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Gunung Sumbing dengan Background Gunung Sindoro

Bukan, ini bukan tentang zombie ala Hollywood. Tapi tentang sebuah kenyataan yang lebih sunyi, lebih dalam, dan jauh lebih nyata: bahwa setiap manusia akan mengalami dua jenis kematian.

Kematian pertama adalah kematian fisik—saat jantung berhenti berdetak, napas berhenti, dan tubuh dikembalikan ke tanah. Itu kematian yang semua orang tahu dan siap-siap hadapi, entah dengan takut atau pasrah.

Tapi ada satu kematian lagi, yang tak kalah penting: kematian kedua.
Apa itu?

Kematian kedua adalah saat tidak ada lagi satu pun orang yang mengingat atau menyebut nama kita. Saat kita benar-benar hilang, tak hanya dari dunia nyata, tapi juga dari ingatan dan percakapan manusia.

Hidup Lebih dari Sekadar Hidup

Buya Hamka pernah menulis dalam Falsafah Hidup, bahwa hidup bukan sekadar bernapas. Beliau bahkan berkata, “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup.”

Artinya, manusia hidup bukan hanya untuk hidup—tapi untuk memberi makna, untuk memberi manfaat.
Dan selama kita masih bermanfaat, masih menginspirasi, masih dikenang karena sesuatu yang baik, maka kita belum sepenuhnya mati.

Itulah mengapa ada orang yang sudah wafat puluhan, bahkan ratusan tahun lalu, tapi tetap hidup dalam benak kita—karena nilai hidupnya tetap berdampak. Kita masih menyebut nama Buya Hamka, Soekarno, Pangeran Diponegoro, dan banyak tokoh hebat lainnya.

Sementara itu, ada pula yang seolah dilupakan hanya sehari setelah dimakamkan. Atau bahkan lebih tragis—yang sudah “mati” jauh sebelum tubuhnya dikubur. Terlupakan, terasing, tak meninggalkan jejak apa pun. Kematian kedua yang datang lebih dulu dari kematian pertama.

Fenomena ini sering kita temui di masyarakat modern yang makin individualistis. Banyak orang hidup sendiri, bekerja sendiri, meninggal sendiri—tanpa siapa pun menyadari keberadaannya. Tak ada jejak, tak ada ingatan, tak ada cerita yang tersisa.

Versi Modern dari Hidup Abadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun