Mohon tunggu...
Randi Bima Saputra
Randi Bima Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari'ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim - Riau

Politik Suka Tidak Suka adalah jalan ninja ku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi: Membiarkan Perbedaan untuk Berjalan Beriringan

23 Juli 2021   11:03 Diperbarui: 23 Juli 2021   11:37 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. Dengan cara inilah masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. 

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan.

Mengutip dari tulisan tantizul yang berjudul "moderasi Agama : keberagaman adalah keniscayaan"  yang ia tulis di laman purbalingga.kemenag.go.id bahwa Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan berarti cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada anggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh, dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Sikap yang lahir dari sikap moderasi beragama salah satunya ialah sikap toleransi, hal ini juga yang di sampaikan oleh anik farida dalam acara Bedah Buku Moderasi Beragama pada acara Sinergi Aksi Informasi dan Komunikasi Publik (SAIK) 2019 di Pangkalpinang bahwa Toleransi adalah bagian penting dari moderasi beragama. Artinya sebagai suatu cara pandang, sikap, dan perilaku keagamaan; moderasi beragam akan melahirkan sikap toleransi," . 

Banyak ahli yang mengartikan tentang defenisi toleransi salah satunya ialah pendapatan Friedrich Heiler ia mengatakan bahwa toleransi adalah sikap seseorang yang mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Ia menyatakan, setiap pemeluk agama mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang sama dari semua orang.

Di Indonesia sendiri sikap toleransi sudah di bangun jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal ini jelas di amanat kan oleh UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan ( KBB). Akan tetapi tak sedikit yang masih menjustifikasi sekelompok orang yang masih intoleransi kemudian menghakimi semuanya sehingga masih menjadi PR bersama bagi kita semua.

Kemudian bagaiman seharusnya sikap toleransi itu? 

Sikap toleransi beragama seharusnya Bentuk kerjasama antar umat beragama yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk.

Seperti contoh Dengan saling membantu dalam mendapatkan keadilan, pendidikan, kehidupan yang layak serta perlakuan yang sama di hadapan masyarakat. Yang harus ditegaskan ialah Toleransi bukan berarti mencampur adukan keyakinan atau memaksa mempersatukan  perbedaan namun toleransi yang sesungguhnya membiarkan perbedaan untuk berjalan beriringan dan saling menguatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun