Mohon tunggu...
Dharma Julia
Dharma Julia Mohon Tunggu... -

aku mampu mengubah duniaku dengan Khayal dan Mimpiku .. dan MEREKA tidak berHAK menghakimi dan mengungkungku dengan ATURANnya !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Menunggumu, Pulanglah untukku

28 Desember 2012   13:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:54 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Enam tahun (masih) tanpamu

Selamat pagi sayang.

Masih boleh aku memanggilmu sayang?. Aku rasa aku berhak atas panggilang “sayang”, “beib”, “honey” ataupun yang lainnya tergadapmu setelah kau mengatakan “sama sekali enggak enak rasanya kalo pacaran jarak jauh itu, mau ketemuan tapi susah”. Aku ingat dengan jelas semua kata-kata itu. kata-kata nan singkat namun mampu mematahkan setiap sendi tulangku di detik itu juga. Entah itu keceplosan atau bagaimana, tapi yang pasti kau mengucapkan kalimat yang menghipnotis seluruh isi pikiranku itu sebanyak dua kali. ya, dua kali sayang. Kau mengatakannya dua kali dan aku seakan ingin menangis ketika mendengarnya. Entah itu terharu atau bagaimana, yang pasti aku bahagia, sayang. aku sangat sangat dan terlalu bahagia. Aku lupa dengan semua sakitku dulu. Aku lupa dengan semua airmataku dulu, dan aku juga lupa dengan semua amarahku dulu. Semua kesakitan itu terhapuskan tanpa bekas setelah kata-kata nan singkat itu perlahan meluncur dari bibirmu dan aku, setengah dari sadarku seakan aku telah berada di negeri lain ketika aku mendengarnya.

Tidak ada yang salah kan, sayang?

Ya, aku rasa juga tidak ada yang salah dengan itu semua. Aku dan kamu hanyalah sepercik kisah di dunia ini yang baru saja menemukan kebahagiaanya. Ya, kebahagiaan kita sayang. Setelah sekian lama aku menunggu kata-kata itu keluar dari bibirmu, dan malam itu aku kembali mendengarnya. Meskipun semuanya sudah jauh dari kata “sama” namun hati ini masih tetap keukeuh dengan rasanya yang dulu. Tak ada yang berubah dari rasa ini, hanya saja rasa itu semakin bertambah, sayang.

Kau senang mendengarnya?

Aku juga senang. Tidak ada yang salah dengan kita, sayang. Hanya waktu saja yang belum berpihak dan jarak pun juga ikut-ikutan menyiksa kita. Ya, memang ini rasanya jarak. Aku dan kamu terpisah jauh ribuan kilometer, jangankan menyentuh, bayangmu saja tak pernah ku temukan enam tahun belakangan ini. tapi lihatlah ke dalam mimpi ini, hampir setiap malam aku merasakan kedekatan itu denganmu. mungkin saat ini aku tak lagi bisa menyentuhmu dari jarak terdekatku ataupun jarak terdekatmu, tapi didalam mimpi, kita bisa berjanji untuk saling bertemu ditempat itu. tempat biasa dimana kita sering bertemu dan memadu kasih. Ini bukan lebay, sayang. Ini memang kita. Meskipun kita tak pernah menentukan tempat itu, tapi aku tahu dengan persis dimana kita akan bertemu. Ya, tepat sayang. Kita akan bertemu lagi dengan senyata-nyatanya kita, dalam sewujud-wujudnya kita sebagai manusia utuh, bukan lagi bayangan ataupun di mimpi, sayang. Tapi disini, di tempat ini. ditempat dimana sudah jauh-jauh hari sudah dipersiapkan oleh takdir untukmenyambut kedatangan kita. Dan disana, kita akan kembali menjadi sepasang merpati utuh yang telah bersayap kuat. Kita terbang dan terbang jauh, bersama dan saling tertawa menatap dunia.

Kau senang mendengarnya, bukan?

Aku juga senang sayang, bahkan lebih dari sekedar senang. Aku bahkan telah menunggu-nunggu kedatangan saat-saat bahagia itu. telah banyak yang kupersiapkan untuk hari bahagia kita itu. kau ingin tau? jangan sayang. Bukan sekarang waktunya. Esok, lusa dan entah kapan datangnya saat-saat itu, kau akan melihat dengan sendirinya. Betapa aku telah lebih dari sekedar tegar untuk menunggumu kembali pulang.

Enam tahun (masih) tanpamu

Ya sayang. Aku disini sudah berhasil melewati angka enam dalam menantimu. Aku berjuang tlah lebih dari tegarku. Aku bertahan tlah lebih dari kuatku dan aku juga tlah lebih dari hebat terhadap kodratku sebagai makhluk lemah dalam melewatinya. Kau patut berbangga hati mendengar itu semua dariku. Karna takkan ada yang mampu mencintamu seperti aku yang sebegitu besarnya berkorban hanya untuk menantimu pulang. Ya, hanya untuk menantimu pulang, sayang.

Kau tak ingin melihatku lagi?

Kau tak ingin mengucapkan lagi kata-kata nan indah itu kepadaku, dari jarak terdekat kita sebagai sepasang kekasih, dari jarak terhebat kita sebagai sepasang makhluk yang berkasih, dan dari jarak tanpa sekat, antara telingaku dan bibirmu yang sedang membisikkan kata-kata yang menghipnotis seluruh ragaku?

Aku ingin mendengarnya lagi, sayang

Entah itu harus enam tahun (lagi) tanpamu. Entah itu harus duabelas tahun (lagi) tanpamu. Aku hanya menginginkan saat-saat dimana bibir lembut itu menyentuh lembut daun telingaku, menghembuskan nafas sejuk didekatnya hingga terdengar jelas tarikan nafasmu ditelingaku, dan kemudian kau berbisik lembut “aku menyayangimu lebih dari diriku sendiri”.

Ketika melihat wajahmu dalam gambar itu,

Aku menjadi yakin, betapa telah banyak perubahan yang terjadi diantara kita, betapa telah merajainya perubahan itu disekeliling kita, tapi aku yakin tidak ada yang berubah terhadap rasa itu.

Rasa yang masih abadi dalam sangkarnya, dan hanya akan terbang ketika kau yang membukanya, dan jika sekali pintu sangkar itu kau buka, maka terbanglah ia menuju peraduanmu.

Selamanya...

Aku menunggumu...

Pulanglah untukku.

Padang, 26 november 2012

16:34 wib.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun