Mohon tunggu...
RAMA R0MADON
RAMA R0MADON Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa/Universitas Sriwijaya

Rakyat Biasa...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Etika Kepintaran: Bahaya Sikap Merendahkan Mahasiswa yang Menganggap Dirinya Paling Pintar

18 Maret 2024   20:20 Diperbarui: 18 Maret 2024   20:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di dalam setiap lingkungan akademis, kita sering menemui beragam karakter mahasiswa. Ada yang rendah hati dalam kepintarannya, berbagi pengetahuan dengan sukarela, dan selalu siap membantu teman-teman sekelas. Namun, di sisi lain, ada pula mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk merendahkan teman-temannya dengan angkuh mengklaim dirinya paling pintar dan menganggap orang lain bodoh. 

Perilaku seperti ini seringkali dipicu oleh rasa superioritas yang tidak terkontrol, dan dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup signifikan dalam lingkungan akademis. Artikel ini akan membahas tentang fenomena tersebut, mengidentifikasi akar masalah, serta memberikan solusi untuk menangani perilaku merendahkan semacam itu.

Sebagai mahasiswa, kita semua berada dalam perjalanan pembelajaran yang sama. Namun, dalam perjalanan ini, beberapa di antara kita cenderung menganggap diri kita lebih pintar dari yang lain. Mereka dengan cepat menilai teman-teman sekelasnya sebagai "tolol" hanya karena perbedaan tingkat pemahaman atau kinerja dalam pembelajaran. Ironisnya, sikap seperti ini seringkali tidak didasari oleh kecerdasan yang sebenarnya, melainkan oleh kebutuhan untuk memperkuat rasa harga diri mereka yang rapuh.

Salah satu penyebab utama dari perilaku merendahkan semacam ini adalah kurangnya pemahaman akan pentingnya kerendahan hati dalam proses pembelajaran. Seiring dengan meningkatnya tekanan akademis dan persaingan yang ketat di dunia pendidikan, banyak mahasiswa terjerat dalam lingkaran ketidakpastian diri yang memaksa mereka untuk mencari cara agar merasa lebih baik dari yang lain. Akibatnya, mereka cenderung mengadopsi sikap superior dan merendahkan orang lain sebagai mekanisme untuk menegaskan diri.

Mendalami tentang Dampak Negatif Perilaku Merendahkan

Perilaku merendahkan seringkali tidak hanya menjadi masalah bagi mereka yang menjadi sasaran, tetapi juga membawa dampak serius terhadap kesejahteraan psikologis dan sosial individu yang terlibat. Dalam bagian ini, kita akan mengeksplorasi secara lebih mendalam tentang dampak negatif dari perilaku merendahkan terhadap individu yang menjadi sasarannya.

Salah satu dampak yang paling nyata dari perilaku merendahkan adalah hilangnya kepercayaan diri pada individu yang menjadi targetnya. Ketika seseorang terus-menerus dikritik atau direndahkan oleh orang lain, hal itu dapat merusak rasa percaya diri mereka secara bertahap. 

Mereka mulai meragukan kemampuan mereka sendiri dan menjadi lebih tidak yakin dalam mengambil langkah-langkah dalam proses pembelajaran atau pencapaian tujuan mereka. Akibatnya, mereka mungkin menarik diri dari interaksi sosial atau bahkan menghindari situasi akademis yang memicu perasaan rendah diri.

Selain itu, perilaku merendahkan juga dapat menyebabkan penurunan motivasi pada individu yang menjadi targetnya. Ketika seseorang terus-menerus diberi sinyal bahwa mereka tidak mampu atau tidak layak, mereka mungkin kehilangan semangat untuk berusaha lebih keras atau mencapai potensi penuh mereka. Ini dapat mengarah pada sikap yang menyerah atau kurangnya minat dalam belajar dan berkembang.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Juvonen dan Gross dari University of California, Los Angeles (UCLA) pada tahun 2016 menyediakan gambaran yang jelas tentang dampak negatif perilaku merendahkan terhadap mahasiswa. Penelitian ini melibatkan survei terhadap lebih dari 2.000 siswa sekolah menengah dari berbagai latar belakang di Amerika Serikat. 

Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang sering menjadi korban pelecehan verbal atau merasa direndahkan oleh teman sekelasnya cenderung mengalami penurunan kesejahteraan psikologis dan akademis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun