Poponding adalah alat musik petik tradisional yang lahir dari kearifan masyarakat Suku Seasea di Kabupaten Banggai Kepulauan. Alat musik ini terbuat dari bambu, dengan senar yang berasal dari kulit ari bambu yang dikupas dengan sangat hati-hati. Kesederhanaannya menyimpan makna mendalam, karena ia bukan hanya sekadar instrumen bunyi, melainkan bagian dari identitas budaya Seasea.
Dahulu, Poponding memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Ia dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, menjadi pengikat suasana dalam berbagai kegiatan adat, serta mencerminkan harmoni antara manusia dengan alam. Suara petikan Poponding menghadirkan kehangatan, sekaligus menjadi ekspresi seni yang tumbuh dari kehidupan sehari-hari masyarakat Seasea.
Namun, seiring waktu, Poponding semakin jarang terdengar. Instrumen ini mulai tersisihkan oleh kehadiran gong dan berbagai alat musik perkusi lain yang lebih populer dalam pertunjukan seni. Keadaan ini membuat Poponding kini tergolong langka dan terancam hilang, hanya bisa ditemukan di pedalaman suku Seasea.
Poponding adalah bukti betapa kaya warisan budaya Banggai Kepulauan, khususnya masyarakat Seasea. Ia mengingatkan kita bahwa setiap nada dan bunyi dari bambu itu menyimpan sejarah panjang. Oleh karena itu, menjaga keberadaan Poponding bukan sekadar melestarikan sebuah alat musik, melainkan juga merawat jati diri dan warisan leluhur.
Tonton video Poponding yang dimainkan di bawah:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI