Mohon tunggu...
Ramadhan Angga Notonegoro
Ramadhan Angga Notonegoro Mohon Tunggu... Human Resources - Sejatine urip iku gawe urup

Pelajar di Sekolah Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Badnews is A Goodnews - Analisis Perilaku Pembakaran Bendera Berlafadz Tauhid oleh Banser

23 Oktober 2018   17:59 Diperbarui: 23 Oktober 2018   17:57 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pembakaran bendera bertuliskan laillahailallah dengan lafaz Arab menjadi pro kontra. Iya, pro dan kontra, kamu tidak salah baca. Memangnya semua orang harus sama kayak pemikiran kamu gitu?

Niat Banser sebenarnya baik, yakni membakar bendera Ormas HTI yang memang menurut Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham lewat putusan PT TUN telah dicabut status badan hukumnya karena dianggap menentang Pancasila dan UUD 1945.

Putusan PT TUN itu juga menyatakan bahwa HTI dinyatakan terbukti mengembangkan ajaran atau paham khilafah yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta memiliki tujuan mengubah Pancasila dan UUD 1945.

Namun niat baik dilakukan dengan cara yang salah hasilnya juga akan salah. Saya juga tidak bilang cara Banser secara substansi salah loh yah.

Dari gagasan awal ini saya akan membawakan beberapa analisis saya terkait hal tersebut,

Membakar lafaz Al-Quran dalam Tradisi Islam

Dalam Islam---tidak perlu saya jelaskan dalilnya karena sudah menjadi rahasia umum orang Islam---membakar lafaz Al-Quran justru merupakan wujud untuk menjaga kesucian Al Quran itu sendiri. Kalau kamu ketemu potongan kertas Al Quran, hanya ada dua pilihan bagi kamu yang berpikiran Islam tradisional untuk menjaga kesucian Al Quran, di bakar atau disimpan. Sehingga apa yang dilakukan Banser sebenarnya tidak ada masalah jika aktivitas tersebut hanya dipandang sebatas "membakar lafaz Al Quran".

Etika dan Pandangan Publik

Nah, yang menjadi masalah adalah perilaku pembakaran tersebut menjadi tidak etis karena mengundang konflik horizontal. Seperti kata Ridwan Kamil dalam twitternya,

"Saya menyesalkan dibakarnya bendea yang ada simbol tauhidnya di Garut. Dimaksudkan membakar simbol organisasi yang dilarang pemerintah namun hemat saya, hal tersebut menimbulkan tafsir berbeda. Mari biasakan menyampaikan gagasan dengan adab yang baik. Bangsa kita butuh itu," tulis Ridwan Kamil.

Kalau memang HTI sudah dilarang pemerintah, ya sudah, hal tersebut sudah diumumkan dan publik sudah mengetahuinya. Masyarakat Indonesia itu mudah kasihan. Ingat kan kasus Ratna Sarumpaet? Beberapa Cebong sampai banyak yang simpati loh, hanya atas dasar kemanusiaan. Sampai akhirnya semua sandiwara cinta itu terbongkar oleh waktu. halah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun