#Friedrich Nietzsche #Sren Kierkegaard #Bernard Bolzano #Gottlob Frege #William James #Herbert Spencer
Seri-1 Filsafat Logika
Episode 46-Transisi Filsafat Abad 19 ke 20: Dari Eksistensialisme ke Logika Moderen
Bab I: Pergeseran Filsafat di Ambang Abad ke-20
Peralihan dari abad kesembilan belas menuju abad kedua puluh dalam filsafat merupakan salah satu titik transisi paling menentukan dalam sejarah pemikiran modern. Periode ini ditandai oleh pergeseran orientasi intelektual yang luas, lahirnya arus filsafat baru, serta pecahnya dominasi pola pikir lama yang dibangun oleh rasionalisme, idealisme Jerman, dan positivisme.
Dunia Eropa disaat itu sedang memasuki fase modernitas lanjut: revolusi industri mengubah pola hidup dan struktur sosial; sekularisasi memperlemah otoritas tradisi agama; kemajuan ilmu pengetahuan menantang kerangka metafisika klasik; sementara krisis moral dan sosial memunculkan pertanyaan baru tentang makna manusia, kebebasan, serta dasar-dasar pengetahuan.
Di ambang abad ke-20, filsafat harus menanggapi tiga persoalan mendasar. Pertama, masalah makna manusia dan eksistensi, yang muncul dari pengalaman krisis nilai dan keterasingan dalam masyarakat industri serta hilangnya fondasi religius tradisional. Kedua, masalah dasar pengetahuan, yang ditantang oleh perkembangan logika simbolik, matematika modern, serta ilmu pengetahuan eksperimental yang menuntut fondasi epistemologis baru. Ketiga, masalah arah ilmu dan masyarakat, yakni bagaimana ilmu tidak hanya menjelaskan dunia, tetapi juga mengarahkan kehidupan manusia, baik dalam bentuk teori evolusi sosial maupun pragmatisme sebagai filsafat tindakan.
Enam tokoh yang dibahas dalam bagian ini: Friedrich Nietzsche, Sren Kierkegaard, Bernard Bolzano, Gottlob Frege, William James, dan Herbert Spencer-mewakili jalur-jalur utama yang membuka pintu bagi filsafat abad ke-20. Nietzsche dan Kierkegaard menjadi peletak dasar bagi filsafat eksistensialis, meski dengan orientasi yang kontras: Nietzsche dengan kritik radikal terhadap moralitas tradisional dan agama; Kierkegaard dengan eksistensialisme Kristen yang menekankan subjektivitas dan iman. Di sisi lain, Bolzano dan Frege menandai revolusi dalam filsafat logika dan bahasa: Bolzano menggeser logika dari psikologi menuju objektivitas proposisional, sementara Frege menciptakan struktur logika modern yang menjadi fondasi filsafat analitik. Sementara itu, William James menyiapkan lahirnya pragmatisme sebagai filsafat khas Amerika, yang menekankan nilai praktis ide-ide dalam pengalaman manusia. Herbert Spencer mewakili penerapan teori evolusi pada masyarakat, yang melahirkan teori sosial evolusioner dan sekaligus memicu kontroversi besar mengenai "Darwinisme sosial".
I.1. Konteks Historis: Modernitas Akhir Abad ke-19
Akhir abad kesembilan belas ditandai oleh sejumlah transformasi struktural yang secara mendalam memengaruhi arah filsafat:
1. Industrialisasi: Revolusi industri kedua (sekitar 1870-1914) melahirkan urbanisasi besar-besaran, kelas pekerja industri, dan sistem kapitalisme modern. Filsafat harus berhadapan dengan masalah alienasi, dehumanisasi, dan keadilan sosial.
2. Sekularisasi: Otoritas gereja mengalami penurunan signifikan, terutama di Eropa Barat. Ilmu pengetahuan, khususnya Darwinisme, menantang penjelasan teologis tentang asal-usul dan tujuan manusia.
3. Krisis agama dan moral: Kehidupan modern menimbulkan perasaan nihilisme, hilangnya makna, dan krisis otoritas moral.
4. Kebangkitan ilmu pengetahuan: Perkembangan matematika, fisika, biologi, dan psikologi memperluas cakrawala filsafat. Logika tradisional dianggap tidak memadai, dan muncul kebutuhan mendesak untuk fondasi formal baru (yang disediakan oleh Bolzano dan Frege).
5. Geopolitik dan kolonialisme: Ekspansi kolonial Eropa, perubahan politik internasional, serta ketegangan sosial memberi latar belakang bagi refleksi tentang sejarah, kebudayaan, dan arah peradaban.