Mohon tunggu...
Ramadhan agungnurrizky
Ramadhan agungnurrizky Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa semester 2 sistem informasi yang sebenarnya bakatnya arsitektur

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia : Dari Akar Melayu Hingga Bahasa Persatuan

7 Juli 2025   17:12 Diperbarui: 7 Juli 2025   17:14 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia, yang kini menjadi alat komunikasi utama lebih dari 270 juta penduduk Indonesia, memiliki perjalanan sejarah panjang dan menarik. Bukan muncul secara tiba-tiba, bahasa ini lahir dari proses politik, budaya, dan sosial yang saling berkaitan sejak ratusan tahun lalu.

1.Akar Bahasa Melayu: Fondasi Bahasa Indonesia

Sebelum disebut sebagai “Bahasa Indonesia”, bahasa ini sebenarnya berakar dari Bahasa Melayu, salah satu bahasa Austronesia yang sudah digunakan luas di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bahasa Melayu menjadi lingua franca atau bahasa perantara, terutama di pelabuhan-pelabuhan Nusantara yang ramai oleh perdagangan antarbangsa.

Bahasa ini dikenal karena kesederhanaan struktur tata bahasanya, sehingga mudah dipelajari oleh berbagai suku bangsa di Nusantara. Pada masa kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit, Bahasa Melayu sudah digunakan sebagai bahasa administratif dan kebudayaan.

2.Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda 1928

Momentum penting dalam sejarah bahasa Indonesia terjadi pada 28 Oktober 1928, ketika para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara mengikrarkan Sumpah Pemuda. Dalam ikrar tersebut, untuk pertama kalinya “Bahasa Indonesia” disebut secara resmi sebagai bahasa persatuan.

Penyebutan ini bukan sekadar simbolik. Ini adalah keputusan strategis untuk mengangkat Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional tanpa memberi kesan mengutamakan salah satu etnis, seperti halnya Jawa atau Sunda, yang punya penutur lebih banyak namun bisa memicu kecemburuan antar-suku.

3.Kemerdekaan dan Status Resmi Bahasa Indonesia

Pasca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Bahasa Indonesia langsung diakui sebagai bahasa negara dalam UUD 1945. Sejak saat itu, bahasa ini terus dikembangkan melalui kebijakan pemerintah, seperti pembakuan ejaan, pembentukan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hingga pendirian Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Ejaan bahasa Indonesia pun mengalami beberapa perubahan, seperti:

A.Ejaan Van Ophuijsen (1901),
Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan bahasa Melayu/Indonesia yang diresmikan pada tahun 1901. Ejaan ini disusun oleh Charles Adriaan van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Ejaan ini memakai huruf Latin dan merupakan dasar dari ejaan-ejaan selanjutnya.

Ciri-ciri utama:
•“oe” untuk bunyi u → contoh: goeroe (guru)
•“tj” untuk bunyi c → contoh: tjinta (cinta)
•“dj” untuk bunyi j → contoh: djalan (jalan)
•“j” untuk bunyi y → contoh: jang (yang)
•“ch” untuk bunyi kh → contoh: achirnja (akhirnya)

B.Ejaan Soewandi (1947),
Ejaan Soewandi adalah ejaan bahasa Indonesia yang diresmikan pada tahun 1947, menggantikan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini disusun oleh Menteri Pengajaran saat itu, Soewandi, dan mulai menyederhanakan beberapa bentuk ejaan lama.

Ciri-ciri utama :
•“oe” diubah menjadi “u” Contoh: goeroe → guru
•“tj” diubah menjadi “c” Contoh: tjinta → cinta
•“dj” diubah menjadi “j” Contoh: djalan → jalan
•“j” untuk bunyi “y” tetap digunakan Contoh: jang → yang
•Awalan “di-”, “ke-”, “se-” ditulis serangkai, meskipun sebagai awalan atau kata depan Contoh: di rumah → dirumah

C.Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972),
D.hingga kini menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

Bahasa Indonesia di Era Global dan Digital
Memasuki abad ke-21, Bahasa Indonesia tak hanya berkembang dalam ranah pendidikan dan administrasi, tapi juga menjangkau ranah digital, media sosial, film, musik, dan sastra populer. Banyak istilah baru bermunculan, termasuk serapan dari bahasa asing dan bahasa gaul generasi muda.
Menariknya, kini Bahasa Indonesia juga mulai dipelajari di berbagai universitas dunia, termasuk di Australia, Jepang, hingga Belanda. Ini menandakan bahwa Bahasa Indonesia perlahan menempati posisi penting dalam kancah internasional.

Menjaga Bahasa, Menjaga Identitas

Perjalanan Bahasa Indonesia dari bahasa perantara hingga menjadi simbol persatuan menunjukkan kekuatannya sebagai alat pemersatu bangsa. Namun tantangan ke depan tetap ada: menjaga keaslian dan mutu bahasa di tengah arus globalisasi dan digitalisasi.

Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik bukan sekadar kebiasaan, tapi juga bentuk cinta pada identitas bangsa. Karena sejatinya, seperti yang pernah dikatakan oleh tokoh pergerakan, “Bahasa menunjukkan bangsa.”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun