B.Ejaan Soewandi (1947),
Ejaan Soewandi adalah ejaan bahasa Indonesia yang diresmikan pada tahun 1947, menggantikan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini disusun oleh Menteri Pengajaran saat itu, Soewandi, dan mulai menyederhanakan beberapa bentuk ejaan lama.
Ciri-ciri utama :
•“oe” diubah menjadi “u” Contoh: goeroe → guru
•“tj” diubah menjadi “c” Contoh: tjinta → cinta
•“dj” diubah menjadi “j” Contoh: djalan → jalan
•“j” untuk bunyi “y” tetap digunakan Contoh: jang → yang
•Awalan “di-”, “ke-”, “se-” ditulis serangkai, meskipun sebagai awalan atau kata depan Contoh: di rumah → dirumah
C.Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972),
D.hingga kini menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Bahasa Indonesia di Era Global dan Digital
Memasuki abad ke-21, Bahasa Indonesia tak hanya berkembang dalam ranah pendidikan dan administrasi, tapi juga menjangkau ranah digital, media sosial, film, musik, dan sastra populer. Banyak istilah baru bermunculan, termasuk serapan dari bahasa asing dan bahasa gaul generasi muda.
Menariknya, kini Bahasa Indonesia juga mulai dipelajari di berbagai universitas dunia, termasuk di Australia, Jepang, hingga Belanda. Ini menandakan bahwa Bahasa Indonesia perlahan menempati posisi penting dalam kancah internasional.
Menjaga Bahasa, Menjaga Identitas
Perjalanan Bahasa Indonesia dari bahasa perantara hingga menjadi simbol persatuan menunjukkan kekuatannya sebagai alat pemersatu bangsa. Namun tantangan ke depan tetap ada: menjaga keaslian dan mutu bahasa di tengah arus globalisasi dan digitalisasi.
Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik bukan sekadar kebiasaan, tapi juga bentuk cinta pada identitas bangsa. Karena sejatinya, seperti yang pernah dikatakan oleh tokoh pergerakan, “Bahasa menunjukkan bangsa.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI