Mohon tunggu...
KKNR35_UNTAG
KKNR35_UNTAG Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mempublish Opini di Media Massa Mengenai KKN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menumbuhkan UMKM Jamu dari Desa

11 Juli 2025   00:10 Diperbarui: 11 Juli 2025   00:10 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah derasnya arus digitalisasi, masih banyak pelaku usaha kecil di desa yang berjalan dengan cara tradisional, bertahan tanpa dukungan visual atau teknologi yang memadai. Namun, bukan berarti mereka tidak ingin berkembang. Mereka hanya belum tahu harus mulai dari mana. Seperti yang kami temui dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ngembeh, Mojokerto. Di sinilah kami bertemu dengan Ibu Mujiati, pelaku UMKM jamu tradisional sejak tahun 2003.

Bu Muji, sapaan akrabnya, adalah sosok yang ramah dan mudah diajak berdiskusi. Ia menyambut kami hangat di rumah sekaligus tempat produksinya. Ia meracik jamu beras kencur dan kunyit asam dengan bahan alami, tanpa bahan tambahan, dan tanpa mesin canggih. Namun, meski produknya sehat dan diminati pelanggan setia, upaya pemasarannya masih sangat terbatas. Produk jamu dikemas dalam botol polos, tanpa logo, tanpa label. Distribusinya pun masih mengandalkan keranjang sederhana yang dibawa ke warung makan sekitar. Jika cuaca terlalu panas, jamu cepat berubah warna.

Dulu, anak beliau sempat membantu memasarkan jamu melalui WhatsApp, namun kini tidak lagi dilanjutkan karena kesibukan kerja. Penjualan daring pun berhenti karena tidak ada yang mengelola. Tidak ada katalog digital, tidak ada akun media sosial, apalagi layanan antar makanan berbasis aplikasi. Padahal, digitalisasi menjadi kunci penting agar produk rumahan seperti ini bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Melihat hal itu, kami dari KKN R35 Subkelompok 4 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya merancang pendampingan berbasis kebutuhan nyata. Kami tidak membawa teori yang rumit, tapi solusi sederhana dan tepat guna. Tujuan kami hanya satu: agar jamu tradisional Ibu Mujiati bisa tetap bertahan dan berkembang di tengah dunia yang semakin digital.

Langkah pertama adalah merancang logo dan label produk yang merepresentasikan ciri khas jamu. Desain yang dibuat memperkuat citra tradisional namun tetap modern. Label yang telah dicetak siap diserahkan, memberikan tampilan baru yang lebih meyakinkan bagi konsumen.

Langkah kedua adalah membuat website katalog digital. Website ini tidak hanya kami buat, tetapi juga akan kami kelola secara berkelanjutan untuk memastikan produk mitra tetap dapat dipromosikan secara konsisten di ranah digital.

Dari sisi distribusi, kami membantu menyediakan ice box sebagai sarana penyimpanan jamu beku. Kotak ini dapat mempertahankan suhu dingin selama pengiriman, dan akan ditambahkan tali pengait agar bisa dibawa dengan sepeda motor. Cara ini jauh lebih aman dan efisien daripada membawa botol jamu dalam keranjang terbuka yang mudah terpapar panas.

Tak hanya itu, kami juga menyiapkan akun GoFood yang akan dibuat selama KKN berlangsung, agar pemasaran produk bisa menjangkau konsumen di luar desa melalui layanan antar daring. Permintaan dari mitra untuk spanduk promosi pun segera kami respons dengan desain yang sederhana namun informatif.

Bu Mujiati mengaku senang sekali melihat hasil pendampingan ini, terutama karena produk jamunya kini tampak lebih menarik dan siap dikenalkan kepada lebih banyak orang. Ia berharap kerja sama ini bisa menjadi awal dari usaha yang lebih berkembang.

Kegiatan ini mengajarkan kami bahwa UMKM bukan hanya butuh dana, tapi juga butuh teman berpikir, butuh pendamping yang mau mendengar. Branding yang tepat, sentuhan teknologi sederhana, dan komunikasi visual yang baik bisa menjadi pijakan bagi UMKM untuk naik kelas.

Di Desa Ngembeh, kami memulai dari hal-hal sederhana: merancang label, membuat katalog digital, hingga membantu distribusi jamu dengan ice box. Namun dari proses kecil itu, kami belajar bahwa mendampingi UMKM bukan sekadar memberi alat atau rancangan. Ini tentang menjaga semangat usaha, memperkuat kesehatan dari dapur rumah, dan membuka harapan baru bagi ekonomi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun