Mohon tunggu...
rama a
rama a Mohon Tunggu... mahasiswa

pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

budidaya singkong berkelanjutan

28 Mei 2025   09:51 Diperbarui: 28 Mei 2025   09:51 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luas tanam singkong di Indonesia mengalami kecenderungan penurunan sebesar 4% dari tahun 2016 hingga 2020. Lahan singkong tahun 2016 sebesar 891.861 juta ha sedangkan pada tahun 2020 sebesar 740.998 juta ha (Ditjen TP 2021). Penurunan luas tanam singkong diakibatkan kalah dalam persaingan dengan komoditas tanaman pangan lain seperti padi dan jagung. Peningkatan luas tanam padi sebesar 3,27% sedangkan pada luas tanam jagung sebesar 10,24% dari tahun 2013 -- 2017 (BPS 2018).
    Tanaman singkong umumnya ditanam di lahan suboptimal. Tanaman singkong masih bisa tumbuh di lahan suboptimal, karena memiliki daya adaptasi yang kuat di berbagai kondisi lingkungan tumbuh (Delaquis et al. 2018). Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman singkong sebagian besar terdiri lahan sesuai marginal (S3) (Sitorus et al. 2013). Prioritas pengembangan lahan untuk komoditas utama tanaman pangan yaitu padi, jagung, dan singkong (Hidayah 2018). Tanaman singkong sebagai alternatif ketika tanaman utama tidak dapat tumbuh dengan baik (Ardiyani et al. 2022).
    Budidaya singkong dilakukan di daerah terpencil (jauh dari tempat tinggal) akibatnya kegiatan pemupukan tidak cukup sumberdayanya. Daerah tersebut sulit dijangkau oleh kendaraan besar sehingga distribusi pupuk menjadi mahal dan tidak efisien. Pengangkutan pupuk meningkatkan biaya produksi yang tidak sebanding dengan peningkatan harga jual umbi singkong (Ariningsih 2016). Tanaman yang tidak dilakukan pemupukan organik dan anorganik menyebabkan rendahnya produktivitas singkong (Supanji 2012).
     Petani yang memiliki lahan relative luas umumnya membudidayakan secara monokultur (Rokhani et al. 2016). Luas lahan di atas 0,5 ha lebih, petani memilih pola tanam monokultur karena menjadikan usahatani singkong sebagai mata pencaharian utama (Manihuruk et al. 2018). Budidaya singkong secara monokultur secara terus-menerus menyebabkan berkurangnya bahan organik tanah. Studi kasus di Kabupaten Lampung Timur terjadi penurunan C-organik (Corg) tanah sebesar 66% akibat penanaman singkong secara monokultur selama 30 tahun. (Wijanarko dan Purwanto 2018). C-org tanah merupakan kompenen utama dengan kadar 58% dari bahan organik tanah (Blanco-Canqui et al. 2013).
      Indek panen umbi singkong mencapai 57% (Puspitorini et al. 2016). Sebagian besar umbi dipanen dan dibawa keluar lahan. Daun singkong juga dipanen untuk pangan sebagai sayur dan pakan ternak (Dewi dan Hapsari 2019). Pemanenan umbi dan daun singkong tersebut menyebabkan kehilangan bahan organik. Batang singkong dimanfaatkan untuk bahan tanam berikutnya atau dijual. Pengembalian bahan organik ke lahan menjadi rendah karena pemanfaatan hampir semua biomassa tanaman. Total karbon terangkut dengan pemanen semua biomasa tanaman mencapai 17 ton/ha (Wanti et al. 2018). Bahan organik tanah merupakan komponen penting untuk fungsi agroekosistem dan keberadaannya menjadi inti dari konsep pengelolaan tanah yang berkelanjutan (Ramesh et al. 2019).
    Tantangan dalam budidaya singkong di lahan suboptimal dan praktik pertanian intensif yang cenderung menurunkan kadar C-org tanah, diperlukan pendekatan budidaya yang adaptif dan berkelanjutan. Kearifan lokal petani memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan agroekosistem. Petani di berbagai wilayah telah mengembangkan berbagai praktik budidaya berdasar pengalaman turun-temurun, seperti penggunaan mulsa alami, rotasi tanaman, dan pengembalian residu tanaman secara selektif ke dalam tanah untuk menjaga kesuburan lahan (Saragih et al. 2017; Nandini et al. 2021). Teknik budidaya singkong tidak hanya mendukung produktivitas, tetapi juga mempertahankan keberadaan C-org tanah dengan memadukan pendekatan ilmiah dan kearifan lokal. Review ini bertujuan untuk menjelaskan teknik budidaya singkong yang mampu meningkatkan kadar C-org tanah, dengan menyoroti peran penting kearifan petani dalam sistem pertanian yang resilien dan ramah lingkungan.
 
DAFTAR PUSTAKA
Agbede, T. M. (2018). Effect of green manure application on cassava (Manihot esculenta Crantz) growth, yield quantity and quality in degraded Alfisols. Pertanika Journal of Anwar. budidaya ubi kayu (Manihot esculenta) berkelanjutan: review peningkatan c-organik tanah Tropical Agricultural Science, 41(4), 1757--1777.
Anwar, S., Santosa, E., & Purwono. (2023). Cassava growth and yield on ultisol of different soil organic carbon content and NPK fertilizer levels. Indonesian Journal of Agronomy, 51(3), 312--323. https://dx.doi.org/10.24831/jai.v51i3.4780
Ariningsih, E. (2016). Peningkatan produksi ubi kayu berbasis kawasan di Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian, 14(2), 125-148. http://dx.doi.org/10.21082/akp.v14n2.201 6.125-148
Araujo, F. S., Barroso, J. R., Freitas, L. O., Teodoro, M. S., Souza, Z. M., & Torres, J. L. R. (2019). Chemical attributes and microbial activity of soil cultivated with cassava under different crops. Revista Brasileira de Engenharia Agrcola e Ambiental, 23(8), 614--619. https://doi.org/10.1590/1807- 1929/agriambi.v23n8p614-619
Ardiyani, N. P., Gunawan, B., & Harahap, J. (2022). Ekologi politik budidaya singkong di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Aceh Anthropological Journal, 6(2), 137--151.
Banuwa, I. S., Hidayat, K. F., Zulkarnain, I., Sanjaya, P., & Rahmat, A. (2020). Soil loss and cassava yield under ridge tillage in humid tropical climate of Sumatera, Indonesia. International Journal of GEOMATE, 18(67), 1--7. Biratu, G. K., Elias, E., & Ntawuruhunga, P. (2019). Soil fertility status of cassava fields treated by integrated application of manure and NPK fertilizer in Zambia. Environmental Systems Research, 8(3), 1-- 13. https://doi.org/10.1186/s40068-019- 0136-5
Delaquis, E., de Haan, S., & Wyckhuys, K. A. G. (2018). On-farm diversity offsets environmental pressures in tropical agroecosystems: A synthetic review for cassava-based systems. Agriculture, Ecosystems & Environment, 251, 226-- 235. https://doi.org/10.1016/j.agee.2017.09.02 0
Deliyana, D., Lumbanraja, J., Sunyoto, & Utomo, M. (2016). Pengaruh pengolahan tanah terhadap pertumbuhan, produksi, dan serapan hara ubi kayu. Jurnal Agrotek Tropika, 4(3), 222--239.
Dewi, I. N., & Hapsari, E. (2019). Manfaat ubikayu dalam pemenuhan kebutuhan hidup petani HKM Wana Lestari I, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil, 3(2), 136--147
Hidayah, I. (2018). Prioritas pengembangan dan identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi komoditas unggulan tanaman pangan di Provinsi Maluku. Dalam Seminar Nasional: Mewujudkan Kedaulatan Pangan Melalui Penerapan Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun