Mohon tunggu...
MUHAMMAD SYAHRULRAMADHAN
MUHAMMAD SYAHRULRAMADHAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Saya memiliki hobi berolahraga dan saya lebih suka menyendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angan-Angan Indah di Negeri Kinanah

31 Desember 2022   12:43 Diperbarui: 1 Januari 2023   21:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo, Jay!.

Kenalin nih gua Gendon. Anak peradaban baru dari Waru. Waru ialah kota kelahiran gua. Meskipun waru itu aslinya bukanlah sebuah kota, Tapi menurut gue lebih cocok disebut kota dikarenakan di dalamnya terdapat sebuah terminal dan bandara. Ini adalah sebuah kebanggaan bagi kita. By the way sebenarnya di sini gua ga mau ngomongin tentang waru yak. Tapi, Karena menurut gua Waru itu ialah sesuatu yang unik dan eksotik, jadilah gua senggol sedikit. HAHAHAHAH.......

Okey. Gua gendon. Anak pertama dari lima bersaudara. Kata orang- orang jadi anak pertama tuh berat. Ya,,, memang realitanya berat sih. Tapi mau gimana lagi, lahir di Bumi tak bisa request kepada sang Ilahi. Jujurly,,, Jika bisa mungkin gua akan request menjadi anak tengah (ketiga) saja. HAHAHA BULSHIT...

Okey,,,, kesibukan gua kali ini yakni kuliah. Gua Kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya. Sebelum di sini, gua punya impian untuk kuliah di Negeri Kinanah, tepatnya di Universitas Al-Azhar. Banyak orang yang udah tanya ke gua, "gimana sih ceritanya lu kok bisa-bisanya sampe ngebet banget kuliah di al-azhar".

Jadi awal mulanya begini, Jay!. Sebenernya gua itu yak ga pengen banget yang namanya kuliah berbasis agama, apalagi sampai ke timur tengah, Ogah banget. Malahan gua dulu tuh pengan masuk ke PTN-PTN yang ada di Indonesia aja lah, ya minimal Fakultas Teknik UGM lah. Berhubung gua lahir di keluarga yang notabenenya sangat agamis, disuruhlah gua masuk ke pondok pesantren ketika masuk jenjang SMP dan SMA waktu dulu.

 "Kok lu jadi ngomongin pondok pesantren sih".

Hehehehe sabar sabar. Gini ceritanya, Pondok pesantren tuh kan tempat dimana seseorang dituntut untuk paham Agama. Jadi, Kurikulum yang ada di pesantren itu didesain agar paham dengan Agama, Mulai dari kurikulum sekolahnya, kesehariannya, dll. Awal-awal gua ga betah dengan semua ini. Gua nangis bahkan sampai setiap hari. Kalo diinget-inget cengeng banget gua dulu yak hahahah. Seiring dengan berjalannya waktu, gua bisa berdamai dengan keadaan. Rasanya seneng banget, Jay!. Gua mulai bisa memahami pelajarannya satu persatu hingga utuh, dan disaat itu juga gua mulai menaruh hati pada Universitas al-Azhar.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun telah gua lewati di Penjara suci. Tak disangka akhirnya gua lulus juga dari pondok pesantren tersebut. Anehnya, ternyata  gua dinobatkan sebagai lulusan terbaik. whaaaat!, tidak ini sangat konyol, tidak masuk akal menurut gua. Gua yang dulu masuk pesantren hanya karena paksaan dari orang tua, sempat tak betah karena lingkungan dan pelajaran-pelajarannya, Akhirnya bisa lulus dengan lulusan terbaik juga. Sungguh aneh tapi nyata, HAHAHA....

Perjalanan gua nyantri tak hanya berhenti sampai di situ saja dikarenakan gua punya impian untuk kuliah di Negeri Kinanah. Setelah lulus, gua memutuskan untuk masuk ke pondok pesantren lagi. Bedanya Ponpes ini Khusus untuk orang-orang yang ingin melanjutkan studinya ke Timur Tengah. Ponpes tersebut mengajarkan kami mulai dari pelajaran yang dibutuhkan ketika kuliah sampai dengan gaya hidup orang-orang timur tengah. Tak lama dari waktu gua memasuki pesantren tersebut, Akhirnya seleksi masuk Universitas al-Azhar telah dibuka. Mendengar kabar tersebut, bagiku tak perlu butuh waktu yang panjang untuk mendaftarkan diriku dikarenakan ini ialah impianku sejak beberapa tahun yang lalu. Belajar udah, daftar udah, waktu tes telah tiba. Kebetulan tesnya ini dilakukan secara daring. Artinya, bisa dilaksanakan di manapun kita singgah. Berhubung  waktu itu gua berada di pesantren, jadi ya gua laksanain di Pesantren. Untuk teknisnya itu dengan menggunakan tiga alat bantu, yaitu laptop untuk mengerjakan soal, handphone digunakan pengawas untuk mengawasi lewat aplikasi zoom, dan earphone untuk disambungkan di handphone. Sebelum tes dimulai, pengawas memberikan beberapa tata tertib pelaksanaan tes kepada kami, diantaranya dalam perihal waktu. Beliau mengatakan bahwa tes ini dilaksanakan dengan durasi waktu 135 menit dengan jumlah soal kurang lebih 50 buah. Mendengar kabar tersebut gua sangat senang dikarenakan menurut gua dengan waktu seperti itu dan jumlah soal sekian, gua bisa menyelesaikannya dengan tenang. Tapi na'as, realitanya sangatlah jauh berbeda. Setelah tes dimulai dan mulai memasuki waktu pertengahan, gua baru sadar kalo ternyata waktu yang disediakan oleh panitia hanyalah 45 menit saja dan sedangkan waktu gua hanya tersisa beberapa menit saja. Disitu gua udah mulai panik ditambah lagi soal-soal yang sulit masih banyak yang belum terselesaikan. Telah terbesit juga dalam otak gua kalo ini ga bakalan kelar, dan ternyata ini benar. Waktu telah habis dan soal-soal masih banyak yang belum kelar dan juga yang terjawab belum tentu benar. Alhasil, gua dinyatakan tidak lolos untuk mengikuti tes tahap berikutnya, by the way ini masih tahap pertama yak. Gua sangat sedih sekali ga lolos di tahap pertama. Menurut gua ini adalah faktor kesalahan dari pengawas yang salah memberikan informasi kepada kami. Yang sangat disayangkan lagi pengawas ga mau bertanggung jawab atas kejadian ini.

Beberapa hari kemudian, gua memutuskan pulang terlebih dahulu untuk menenangkan jiwa gua yang sedang dilanda kekecewaan.................

Setelah semuanya mereda dan dengan restu dari kedua orang tua, gua memutuskan untuk kembali ke pesantren lagi sebagai langkah mewujudkan impian gua. Gua berangkat dengan penuh semangat, dan dengan harapan pulang membawa kabar gembira. Setelah di sana, gua menjalankan aktivitas seperti biasanya santri, tapi kali ini agak beda karena, gua menjalankannya dengan penuh semangat. Gua jalani Hari demi hari, Bulan demi bulan di Penjara suci hingga tibalah waktu pengumuman seleksi. Ternyata, lagi-lagi gua ga diuntungkan di sini sebab, salah satu persyaratan tertulis di dalam pengumuman, Yaitu "Ijazah harus MA atau Mu'adalah". Sedangkan gua hanyalah santri yang lulus dengan berijazahkan SMA. Di sini gua udah mulai nyerah, tak ada usaha lagi untuk mengejar-ngejarnya. Akhirnya, gua memutuskan untuk kuliah di Indonesia (UIN Sunan Ampel Surabaya) saja dan membiarkan impian gua hanya sekedar menjadi angan-angan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun