Daku kemudian menyodorkan tanya, "Parfum apa yang kamu pakai, Ra ?"
Ia tersenyum kecil, lalu terlontar dari mulutnya yg mungil "Bukan soal mereknya, tapi aku memang memilih aroma yang tidak bikin orang lain terganggu. Aku sangat percaya, wangi itu harus bersahabat, bukan mendominasi."
Kalimat itu melekat di kepala Ku hingga sekarang. Ira mengajarkan bahwa parfum sejati adalah tentang menghargai ruang orang lain, bukan sekadar memuaskan ego diri.
Seni Menjadi Tidak Berlebihan
Ada saja pengguna parfum yang beranggapan semakin kuat aroma parfum, semakin menunjukkan karakter yang tegas dan dominan. Padahal, bagi pencari keanggunan, sering kali justru lahir dari wangi yang sederhana.Â
Parfum yang sopan ibarat musik lembut di kafe sore hari, lagunya anak senja----ia tidak mendominasi obrolan, tapi justru membuat suasana terasa nyaman dan menyenangkan.
Daku teringat ketika menghadiri sebuah event. Ada begitu banyak orang dengan aroma parfum berbeda-beda. Sebagian aroma begitu intens, seductive hingga bercampur dan membuat udara terasa begitu sesak.Â
Namun, ketika Daku berpapasan dengan seorang pria senior, ada wangi lembut yang langsung mengingatkan Daku pada halaman rumah masa kecil ; pohon kemuning, udara pagi, dan sedikit aroma sabun batangan.Â
Tidak tercium mencolok, tapi justru membuat Daku penasaran dan menoleh lagi untuk memastikan siapa pemiliknya. Saat itu Daku sadar, kesan yang sopan justru lebih berkesan daripada yang berlebihan.
Wangi sebagai Cerminan Kepribadian
Dalam perjalanan mengenal parfum, Daku semakin yakin bahwa pilihan aroma mencerminkan siapa diri kita. Mereka yang memilih aroma sopan biasanya adalah orang-orang yang peduli.Â