2. Kurangi Bertabur Iklan di Badan Artikel
Salah-satu yang bikin nggak asyik yaitu munculnya bertabur iklan di bagian badan artikel. Bisa dibilang banyaknya iklan di badan artikel amat mengganggu bagi saya sendiri dan beberapa kompasianers yang menyampaikan, mungkin juga bagi yang lain.
Boleh saja meletakkan iklan diluar badan artikel (bagian atas atau bawah) saya yakin Kompasianers mewajarkan, tapi beneran deh kalau dibadan artikel rasanya bagaimana gituh. Tidak nyaman saat user melihat dan membaca nya, coba deh petinggi Kompas Gramedia dan Kompasiana memposisikan sebagai user.
Bisa jadi Kompasiana sudah bukan lagi CSR Kompas Gramedia, sudah menjadi unit penghasil tapi ingat beberapa aplikasi ditinggalkan karena apps nya dipenuhi iklan.... "Beyond Blogging atau Beyond Iklan !!!! "
_
3. Jangan Paksakan Kompasianers Mendengar Jeritan Video Pilihan
Daku duduk diruang staff room re'entry Unit Rehabilitasi Narkoba RSKO Jakarta di hari rabu, 4 desember 2019. Saat itu daku berbicara dengan salah-satu konselor tentang pergerakan yang menggegerkan dari Menteri BUMN, Erick Thohir.Â
Daku menyampaikan kepada nya bahwa sempat menulis tentang creative destruction yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Tangan ini pun merogoh smartphone lalu membuka akun Kompasiana milik ku. Lalu daku share artikel tersebut via WA, ia pun lalu menerima WA dari daku kemudian klik link artikel.
Dirinya pun berucap, ya udah ntar aja deh gue baca nya. Lalu ia melanjutkan pembicaraan dengan daku mengenai hal yang lain. Beberapa kejadian yang sama pun terjadi dengan beberapa teman lain yang daku share link blogpost Kompasiana. Bahkan ada yang komplain dengan berkata "video nya makan quota nggak bro agan ?".