Pada tahun 2007 di danau UI Depok bersama seluruh keluarga, kami berkumpul yaitu daku (saya), Ibu, almarhum Bapak dan almarhum Kakak serta keluarga mas Yono & Neneng.
Saat itu waktu kelulusan Ku sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku (Promosi Kesehatan), Almarhum Bapak menyampaikan kepada kami bahwa dirinya sudah merasa sukses mampu meluluskan kedua anaknya menjadi Sarjana dan ia bangga kami bukan orang berprilaku negatif.
Almarhum Bapak berpesan bahwa jangan mengartikan sukses itu memiliki harta sehingga di stempel kaya harta. Sebagai manusia harus tau arti CUKUP dan kejarlah kebahagian dunia akhirat, itu sukses menurut Bapak.
Tahun 2006 merupakan tahun dimana Bapak sudah tidak berkerja lagi. Beliau memilih berwirausaha toko kelontong dan jual beli burung berkicau ditahun 2007. Ia merupakan penggemar burung berkicau.
Bapak ternyata tidak memiliki bakat sebagai entrepreneur dan usaha yang kami bangun (daku dan almarhum Kakak 'Satria') pun ditutup tahun 2012. Beliau akhirnya hijrah ke rumah Ku di Cikeas Udik sampai akhir hayatnya di tahun 2016.
Daku pun belajar dari Bapak yang terlihat bahagia sampai akhir hayatnya walaupun dalam kondisi merawat dan memikirkan kesehatan Almarhum Kakak 'Satria Adhi' yang sakit Tumor Otak.
Sukses adalah hak setiap orang dan memiliki alat ukur masing-masing pribadi. Seperti kata pepatah jangan gunakan baju orang lain ke diri kita. Perkaranya adalah bagaimana orang mengusahakan dirinya untuk bisa mencapai kesuksesan sesuai kriteria nya.Â
Untuk sukses dengan kriteria memiliki banyak harta ada orang yang sangat gigih untuk mencapai kesuksesan, ada yang biasa-biasa saja. Ada yang kelihatannya biasa saja namun sebenarnya sangat mengusahakan kesuksesan bagi hidupnya sendiri contohnya almarhum Bapak.
Ternyata bila daku melihat arti sukses nya almarhum Bapak, kata sukses tak melulu soal harta dan materi. Bukan hanya yang didapat dilihat dan dinilai dengan mata uang. Sukses tidak selalu soal pencapaian dalam pekerjaan, dimana uang dan harta menjadi tolak ukurnya.
Bila harta tolak ukurnya, mungkin Bapak dan IBU bisa merasa gagal. Bapak merupakan anak dari pejabat penjara Wirogunan, Jogjakarta & Dalang. Bapak di tahun 60-an saat dirinya usia sekolah dasar bercerita melihat kakaknya oleh mbah Wignyo Soehardjo dibelikan motor Piagio 'Vespa' Congo dimana saat itu motor merupakan barang mewah (kendaraan roda 4 saat ini). Kekayaan keluarga Bapak menurun drastis saat masa-masa PKI berjaya karena mbah diculik dan tidak tau rimbanya.
Sedangkan Ibu merupakan anak kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Wonosari, Klaten & berstatus Temunggung. Ibu pun pernah bercerita bahwa besarnya rumah Mbah / kakek Abu Mashuri diperkirakan seluas 2000 meter persegi dimana rumahnya dikelilingi oleh tembok (beteng) dan disamping rumah didirikan Masjid desa Pare, Klaten yang masih berdiri sampai sekarang. Mbah Abu salah-satu dari sedikit orang Islam di Klaten yg dapat menunaikan ibadah Haji di era 50-an.
Ibu bercerita bila bermain sepeda acapkali mengelilingi Pendopo rumahnya. Bahkan pintu gerbang nya dapat dilalui kereta kuda / delman. Mbah memiliki kuda, bila berkerja beliau menggunakannya.Â
Dunia pun berputar, rumah besar itu dipecah-pecah dan hartanya tersebut sudah dibagi-bagi oleh keluarga mbah serta sebagian lagi mbah puteri ditipu setelah mbah Abu tidak diketahui kabarnya karena diculik PKI.
Tapi kenapa Bapak dan Ibu Ku tidak terlihat ngoyo mengejar kekayaan seperti yang dia rasakan saat mereka kecil ? ... Bapak terakhir (2006) berprofesi sebagai supervisor perusahaan tekstil sedangkan ibu penjahit rumahan.
Bisa jadi karena sebuah pengalaman saat memiliki harta berlebih (saat kecil) dibandingkan dengan saat harta cukup (dewasa), mereka berdua telah mendapatkan arti kata bahagia....Mungkin....
Hal itu juga yang daku lihat langsung di rumah rehabilitasi narkoba RSKO Jakarta. Bila sukses itu dinilai dari harta dan jabatan, banyak pasien yg sudah mencapainya. Tapi bagaimana dengan sukses dari sisi kebahagian dan kualitas hidup ?
______________________
Pada tahun 2015 s/d Januari 2019 daku ditempatkan di Rumah Rehabilitasi RSKO Jakarta (Halmahera House) sebagai Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan fasility support (pengawas fasilitas).
Baca juga :Â Terima Kasih Rehabilitasi Narkoba, Akhirnya Saya Sembuh
Saat bertugas disana banyak insight dan pengalaman yang daku petik. Bisa dibilang pengalaman yang paling bagus sebagai ASN RSKO Jakarta ialah di Rumah Rehabilitasi Narkoba.
Daku dengan mata sendiri melihat perubahan prilaku pasien narkoba dari yang masih berprilaku negatif saat baru masuk menjadi pribadi yg begitu down to earth dan orang yang bersyukur menjelang mereka pulang (menyelesaikan program).
Baca Juga : Membuka Tirai Kamar Rehabilitasi Narkoba
Prilaku negatif pecandu narkoba merubah kharakter seseorang seperti mengabaikan lingkungan sekitar, mencuri, berbohong, bertindak kasar kepada orang lain, menabrak aturan, dll. Perubahan-perubahan perilaku biasanya ada, tapi bukan menjadi ukuran yang absolut. Artinya, tidak semua pecandu mengalami perubahan ini.
Banyak diantara pasien yang memiliki pekerjaan yang bagus seperti pengusaha, pejabat, ASN, pedagang, anak pengusaha, anak pejabat, konsultan politik, dll.Â
Bahkan diantara mereka ada yang curhat bahwa harta / jabatan yg dimiliki dirinya / keluarga begitu tidak berarti di rumah rehabilitasi narkoba. Memang didalam fasilitas rumah rehabilitasi narkoba pasien dilarang membawa uang dan tidak berlaku jabatan yang dimiliki, semua diperlakukan sama.
Baca juga : Fasility Tour Rumah Rehabilitasi Narkoba Bisa Dapat ApaÂ
Kesuksesan harta / jabatan diluar rumah rehabilitasi narkoba tidak dibawa kedalam fasilitas. Saatnya di fasilutas ini mereka dipulihkan dari ketergantungannya terhadap Napza / Narkoba dan prilaku negatif pecandu.
Arti sukses bagi mereka ialah sudah dapat melewati tahapan program rehabilitasi narkoba dan memahami filosofi-folosofi program yang dapat digunakan kedepan bila mereka keluar fasilitas.
Terdapat jadwal rutin di rumah rehabilitasi narkoba, dimana setiap 2 minggu sekali pasien akan mendapatkan visit keluarga. Hari tersebut merupakan hari yang spesial karena di hari tersebut mereka akan tersadar pentingnya peran keluarga. Siapa yang membantu mereka ketika dalam situasi sulit ?... pastinya keluarga.
Baca Juga : Mengedukasi Pecandu Narkoba Melalui Pengelolaan Air Minum
Bahkan dalam setiap akhir pekan di hari sabtu, mereka mendapatkan kesempatan menikmati Saturday Night Activity (SNA). Kegiatan SNA merupakan waktu dimana mereka dapat merefresh diri setelah 5 hari menjalankan program rehabilitasi secara rutin. SNA mengajarkan mereka bahwa setiap orang punya peran, walaupun kecil tapi tanpa keberadaan orang tersebut maka kegiatan ini tidak akan jalan.
Baca Juga:Â Saturday Night Activity (SNA), Refresh Energi Positif Bagi Pemulihan Pecandu NarkobaÂ
Jadi apakah arti sukses bagi pasien pecandu narkoba ?Â
_____________________ Â
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Blog [ DISINI ] , Twitter [ DISINI ] , Instagram [ DISINI ]
Email : mastiyan@gmail.com