Ketika membaca artikel 'BTN berikan bunga KPR 6,69 persen tertarik ?..' dari kompas.com  (DI SINI). Artikel tersebut membahas Kredit Kepemilikan Rumah dalam peringatan Ulang Tahun ke 69 Bank Tabungan Negara (BTN). Sebagai nasabah BTN, saya mengucapkan Selamat kepada BTN telah 69 Tahun Mengabdi Untuk Negeri.
Artikel kompas.com itu membuat saya menembus waktu ke tahun 2011 saat dimana saya berjuang memiliki rumah. KISAH PERTAMA pun dimulai di awal bulan februari 2019 saya berdiri di depan jalan memandangi tanah, rumah yang saya miliki & bangun di tahun 2011. Ingat sekali bagaimana rasa haru, senang bercampur bahagia memiliki rumah ini yang berlokasi di perumahan daerah Cikeas Udik, kabupaten Bogor, Jawa Barat.Â
Rumah memang akan selalu menjadi kebutuhan dan impian setiap manusia bahkan tantangan generasi milenial. Sebagai salah satu dari kebutuhan primer manusia selain sandang dan pangan. Bagi setiap insan rumah atau tempat tinggal merupakan prioritas untuk dimiliki atau menyewa/kontrak.Â
Apa daya harga rumah yang setiap tahun semakin tinggi harganya membuat tidak semua orang mampu memiliki rumah seperti yang diinginkan. Membeli sebuah rumah tidak bisa menunggu / menunda ketika memiliki uang cukup tetapi bagaimana meraih sebuah kesempatan dan berani mengambil keputusan untuk mendapatkan nya.Â
Saat ini mencari rumah yang layak dan dekat dengan tempat kerja di kota besar seperti mencari jarum di jerami. Asalkan memiliki uang dalam jumlah besar mungkin bisa. Tetapi ternyata pembelian secara kontan tidak setiap orang mampu/sanggup kecuali dengan kredit kepemilikan rumah.
Tapi bila  memang benar-benar ingin memiliki rumah idaman, maka sekarang ada cara efektif untuk itu. Apa itu? Caranya adalah dengan membeli rumah secara kredit melalui KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) seperti yang saya lakukan melalui Bank Tabungan Negara (BTN).
Pada tahun 2011 memiliki rumah karena ajakan almarhum kakak yang meminta didampingi mencari rumah pada tahun 2010. Bersama almarhum kakak, saya tiap akhir pekan mengelilingi daerah Jakarta Timur, Cibinong, Cibubur, Cikeas, Cileungsi, Gunung Puteri bahkan sampai Jonggol. Entah kenapa ia begitu ngotot, sepertinya ia sudah memiliki perasaan hidup nya tidak lama lagi.Â
Pada tahun 2011 saya pernah mendengar ucapannya ia di terawang memiliki daging tubuh di kepala oleh tabib pengobatan altenatif. Saya tidak tau apakah dia sudah melakukan pemeriksaan medis atau belum di tahun 2011. Takdir menjemputnya dengan tumor otak di bulan desember 2016, karena nya perjuangan mencari rumah ini akan ku ingat selalu sampai akhir hayat.
Rumah yang Dayat miliki dan tinggali saat ini awalnya merupakan rumah yang sudah saya bayar tanda jadi nya di blok G. Selang satu hari pembayaran tanda jadi, marketing perumahan menyampaikan bahwa telah dibuka untuk booking posisi hook depan taman perumahan. Tanpa pikir panjang saya mengambil nya dan Dayat mau mengambil rumah di blok G.
Patut dipahami bahwa tanda jadi ini seperti tanda booking yang merupakan bukti pemesanan rumah atau kavling supaya rumah yang kita inginkan tidak lantas dibeli orang lain atau juga supaya harganya tidak naik jika tidak segera dibayar. Bila kita batal membeli rumah maka tanda jadi tersebut tidak dapat kita minta kembali. Itu kenapa saya menawari Dayat agar tanda jadi tersebut tidak menguap begitu saja.Â