Di tengah hiruk pikuk kuliner Yogyakarta, terselip sebuah permata tersembunyi yang menyajikan keunikan rasa dan kehangatan yang tak terlupakan: Yamie Rono. Berlokasi di Kampung Samirono (dekat kampus UNY), kedai Yamie ini bukan sekadar tempat makan biasa, melainkan cerminan semangat pantang menyerah seorang pensiunan bernama Pak Mariyanto, yang berhasil meracik resep orisinal di usia senja. Kisah di balik Yamie Rono adalah perpaduan antara dedikasi, adaptasi, dan keyakinan akan pelayanan prima. Nama "Yamie Rono" sendiri ternyata memiliki arti sederhana: mi yamie yang ada di Kampung Samirono (tempat beliau membuka kedai).
Sebelum Yamie Rono berdiri, keluarga Pak Mariyanto sebenarnya sudah berkecimpung di dunia kuliner. Mereka memiliki warung makan nasi yang terkenal di kalangan mahasiswa dan anak-anak kos di sekitar sana, Warung makan ini aktif saat Pak Mariyanto masih bekerja sebagai pegawai. Menariknya, penghasilan dari usaha wiraswasta bahkan bisa lebih besar dari gaji Pak Mariyanto sebagai kepala kantor. Para pegawai di Yamie Rono pun adalah bagian dari keluarga besar ini, sebagian besar adalah tetangga yang sudah ikut membantu sejak warung nasi berdiri, bahkan ada yang sudah 20 tahun lamanya. Loyalitas dan keakraban ini jelas menjadi salah satu fondasi kuat Yamie Rono.
Mayoritas pembeli Yamie Rono adalah warga sekitar kampung dan mahasiswa kampus sekitar yang bisa di perkirakan mencapai sekitar 70%. Hal ini tidak lepas dari strategi harga yang diterapkan. "Gabisa mahal karena malah takut nggak laku," tutur Pak Mariyanto. Filosofi utamanya adalah menjaga harga yang terjangkau dan konsistensi rasa, yang memang otwntik dan pas di kantong mahasiswa.
Memulai usaha kuliner di tengah pandemi COVID-19 adalah sebuah pertaruhan besar, dan itulah yang dialami Yamie Rono. Kedai ini mulai beroperasi pada Juni 2020, tepat di masa awal pandemi. Saat itu, warung makan nasi yang lama terpaksa tutup. Masa ini menjadi titik balik bagi Pak Mariyanto untuk mengisi produktivitasnya dengan membuka usaha baru, berfokus pada sistem take away di awal berdirinya. "Dengan segala tantangannya di era Covid," ia bercerita.
Transformasi dari warung nasi ke mie juga bukan tanpa kendala. Selain faktor usia Pak Mariyanto dan istri, perubahan jenis kuliner ini juga menantang. Pak Mariyanto mengenang masa sulit saat berjualan nasi, di mana biasanya 50 kg beras bisa habis sehari, namun di awal pandemi "pernah sampe 1 kg nggak habis." Momen itu memutar otak mereka untuk beradaptasi, beralih ke mie dan menciptakan resep yang berbeda. Proses test food pun dilakukan secara intensif, melibatkan orang-orang terdekat untuk mendapatkan formula rasa yang paling pas dan otentik.
Yamie Rono memang sengaja didesain dengan konsep yang unik, lahir dari kecintaan Pak Mariyanto terhadap kuliner mie. Ciri khas utamanya terletak pada perpaduan yang tak biasa: antara yamie seafood China dan mie ayam. Jika yamie pada umumnya identik dengan cita rasa Chinese Seafood, Yamie Rono menggabungkan mie ayam dengan bumbu rahasia yang berbeda, namun tetap berpatok pada esensi yamie. Inilah yang membuat harganya juga berbeda dan menjadi daya tarik tersendiri.
Keunggulan lain Yamie Rono adalah keunikan rasa bumbunya. Kuah yamie di sini gurih dan asin, berbeda dengan mie ayam otentik yang cenderung manis. Sementara itu, untuk varian yamie goreng, ada perpaduan rasa manis dan asin yang disesuaikan, namun tetap mempertahankan identitas rasa khas Yamie Rono. Yang menarik, konsumen bisa melakukan request sesuai selera, asalkan tetap dalam standar rasa khas restoran. Ini menunjukkan fleksibilitas sekaligus kepercayaan diri pada standar rasa yang sudah mereka patenkan.
Di era digital ini, promosi media sosial seringkali menjadi kunci. Yamie Rono pernah mengalami momen viral berkat seorang customer yang membagikan pengalamannya di TikTok. Fenomena ini sontak membuat banyak orang berbondong-bondong datang untuk mencicipi. Pak Mariyanto pun sangat berterima kasih, bahkan sampai menggratiskan setiap kali customer yang memviralkan itu datang kembali. Ini menunjukkan apresiasi tulus dari pemilik kepada para pelanggannya.
Dari sudut pandang penulis, pengalaman di Yamie Rono sungguh istimewa. Pelayanannya sangat baik, terutama karena sebagian besar waiters adalah ibu-ibu yang memperlakukan pelanggan seperti anak sendiri, memberikan nuansa rumahan yang hangat. Rasa masakannya pun otentik, seperti masakan rumah yang dirindukan, dan sulit ditemukan di tempat lain. Suasana atau ambience kedai juga sangat nyaman. Setelah berbincang dengan Pak Mariyanto, terungkap bahwa pelayanan yang baik memang menjadi unsur utama yang selalu ia tekankan. Beliau sangat yakin bahwa pelayanan yang baik akan memberikan feedback positif dari pelanggan. Intinya, perlakukan customer dengan baik, maka mereka akan memberikan feedback yang baik pula. Dengan kualitas rasa yang autentik dan harga yang sangat terjangkau dibandingkan yamie lain, Yamie Rono berhasil menciptakan pengalaman kuliner yang berbeda dan mengesankan.