Saat membicarakan budaya tradisional yang masih eksis di wilayah Bandung dan sekitarnya, banyak orang langsung teringat pada tarian Jaipongan atau angklung. Tapi tahukah kamu, ada satu tradisi unik dari wilayah Subang yang kini juga banyak tampil di kawasan Bandung, yaitu Sisingaan? Tradisi ini bukan cuma sekadar hiburan, tapi juga sarat makna sosial dan budaya yang dalam.
1. Apa Itu Sisingaan?
Sisingaan adalah sebuah pertunjukan seni tradisional yang biasanya ditampilkan dalam prosesi khitanan anak laki-laki. Dua anak akan duduk di atas boneka singa yang digotong oleh beberapa orang sambil diiringi musik gamelan. Pertunjukan ini bukan hanya sekadar parade, tapi juga bentuk dari rasa bangga dan doa untuk keberanian si anak.
Sisingaan berasal dari Subang, Jawa Barat. Menurut data dari Kemendikbud. Kesenian ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2013. Namun kini, Sisingaan juga sering tampil di wilayah Bandung, khususnya di daerah pinggiran atau saat acara-acara budaya Sunda.
2. Simbol Perlawanan dan Identitas Lokal
Sisingaan bukan sekadar pertunjukan. Dalam sejarahnya, Sisingaan lahir sebagai bentuk sindiran terhadap kolonialisme Belanda. Boneka singa yang ditunggangi itu dulu melambangkan simbol kerajaan kolonial (karena lambang VOC berupa singa), dan anak-anak yang menunggangi singa itu menyimbolkan harapan bahwa generasi muda kelak akan menjadi pemimpin yang menaklukkan "penjajah".
Keren, ya? Dalam budaya Sunda, simbolisme semacam ini banyak dijumpai dalam seni pertunjukan. Mereka menggunakan seni bukan hanya untuk hiburan, tapi juga sebagai alat komunikasi sosial dan politik.
3. Tradisi yang Terus Hidup di Bandung
Di Bandung sendiri, pertunjukan Sisingaan masih kerap terlihat di kawasan seperti Cibiru, Ujungberung, hingga Lembang. Ini menjadi bukti bahwa budaya daerah dari luar Bandung sekalipun bisa tumbuh dan hidup berdampingan, memperkaya identitas budaya masyarakat urban.
Bahkan di beberapa sekolah dasar di Kota Bandung, Sisingaan dikenalkan dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian daerah. Ini bentuk pelestarian budaya yang penting, agar generasi muda tidak melupakan akar tradisinya.
4. Pelestarian Melalui Komunitas