Mohon tunggu...
Raka M Dom
Raka M Dom Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Salah satu mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang angkatan 2022 menekuni bidang sejarah politik, militer, budaya, dan keinsinyuran modern

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Barikan, Ritual Syukur Sumber Air di Dusun Polaman

8 Maret 2023   16:48 Diperbarui: 8 Maret 2023   16:54 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Sumber Air Polaman dari Depan (Dok. pribadi)

Indonesia merupakan negara dengan berbagai keragaman mulai dari suku, adat istiadat, ras, dan agama. Keberagaman tersebut memunculkan banyak perbedaan dan keunikannya tersendiri hingga menghasilkan ragam kearifan lokal dan tradisi. Pada kesempatan kali ini saya akan membahasa sebuah tradisi yang terdapat di daerah Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, yaitu Ritual Barikan. Masyarakat setempat melakukan upacara adat ritual untuk menghormati arwah leluhur pendiri desa serta sebagai permohonan kepada Tuhan untuk kemakmuran masyarakat dusun Polaman. Aktivitas budaya tersebut dikenal sebagai ritual Barikan

Barikan merupakan suatu aktivitas sosial budaya dimana masyarakat setempat melaksanakan makan bersama di tempat terbuka, biasanya di halaman atau tempat-tempat tertentu yang disakralkan oleh masyarakat. Dalam Barikan, pada umumnya tumpeng dibagi dalam wadah daun pisang lalu makan bersama-sama. Barikan bertujuan untuk merukunkan, mengakrabkan, membina perasaan Bersatu atau guyub dalam suatu kelompok sosial. Barikan bisa juga berfungsi untuk mendamaikan pihak yang bertikai. Pemandian Sumber Polaman bermata air dari Gunung Arjuno dan berada di tepi jalan desa. Selain sebagai pemandian, di sekitar tempat itu juga sering dipergunakan untuk kegiatan perkemahan dan outbound (Damayanti et al., 2017).

Sumber air ini konon menjadi tempat persinggahan raja-raja zaman dahulu ini Sampai saat ini, kolam sumber air yang dijadikan sebagai pemandian ini disucikan oleh para penganut aliran Kejawen. Dalam teks Pararaton dan Kidung Harsyawijaya, Polaman dipercaya sebagai tempat pembuangan Raja Kediri, Jayakatwang. Selain itu, tempat ini juga dipercaya sebagai tempat Jayakatwang mencari inspirasi saat menyelesaikan karya sastranya yang berjudul Wukir Polaman.

Menurut kisah masyarakat setempat, kata Polaman merujuk dari kata “paulaman” yang berarti tempat memelihara ikan Pada masa sekarang sumber air ini dijadikan tempat memelihara ikan, baik yang ikan yang disakralkan secara turun temurun yaitu ikan ’wader’ dan beberapa jenis ikan yang lain. Menurut kepercayaan masyarakat, setiap orang tidak boleh menangkap ikan wader apalagi sampai menggorengnya. Kalau hal tersebut dilakukan, orang yang bersangkutan akan mendapatkan petaka. Oleh sebab itu ia harus mengembalikan ke tempat semula atau meminta maaf kepada penunggu mata air. Adapun asal muasal ikan tersebut adalah peliharaan Mbah Jayadursa. Jayadursa adalah tokoh cikal bakal dukuh Polaman. Makam Jayadursa berada di makam desa dan setiap hari Jum’at Legi diadakan acara ritual “Barikan” dengan tujuan supaya desa Polaman selalu makmur dan dijauhkan dari segala bencana (F. Damayanti., 2017)

Pada setiap bulan September, masyarakat dan sesepuh mengadakan tradisi bersih desa, suatu ritual desa untuk mengenang dan menghormati arwah leluhur desa sebagai pendiri desa. Upacara adat ini dilakukan secara gotong royong untuk membersihkan dan mensucikan desa. Pada malam tertentu, sumber air tersebut banyak digunakan masyarakat untuk melakukan bersemedi atau ritual tertentu dengan tujuan tertentu (lelaku) sambil memberi makan ikan yang hidup di mata air dan menyediakan sarana sesaji yang berisi daun sirih dan biji pinang (bumbu kinang). Apabila keinginannya terkabulkan, ia akan kembali dan menggelar kenduri untuk makan bersama warga sekitar (Wurianto, 2009). Upacara adat yang secara rutin dilakukan penduduk setempat yaitu ritual “Barikan” diadakan setiap Jum’at legi yaitu setelah melaksanakan sholat Jum’at di masjid terdekat, tujuan utama diadakannya ritual barikan ini adalah memohon kepada Tuhan yang maha kuasa supaya penduduk Dusun Polaman diberikan rejeki yang berlimpah, selamat dari marabahaya.

Sumber Air Polaman yang terletak di Dusun Polaman tidak hanya digunakan sebagai upacara ritual saja, sumber air tersebut juga dipergunakan masyarakat sekitar sebagi sarana utama dalam kebutuhan sehari-hari namun hal yang sakral dilakukan pastinya mengambil ikan di sumber air tersebut. Oleh karena itu disediakan kolam tambahan di seberang jalan untuk keperluan masyarakat sekitar. Sumber mata air ini juga mengalirkan air ke saluran air rumah warga sekitar sehingga posisi sumber air ini sangat strategis, oleh karena itu masyarakat sangat menjaga kelestarian ikan-ikan yang terdapat di Sumber dan menjaga sumber tersebut. Hal ini berdampak positif bagi masyarakat sekitar tidak hanya budaya membersihka lingkungan sekitar dan menjaga warisan leluhur, namun juga tertanam nilai-nilai sosial bagi masyarakat seperti gotong royong.

Rujukan:

Wurianto, A. B. (2009). Aspek Budaya pada Upaya Konservasi Air Dalam Situs Kepurbakalaan dan Mitologi Masyarakat Malang. HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, 80-88.

F. Damayanti., A. M. (2017). RUANG BUDAYA “BARIKAN” DI DESA SUMBER POLAMAN LAWANG JAWA TIMUR. Review of Urbanism and Architectural Studies, 48-66.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun