Mohon tunggu...
Raja Amin Hasibuan
Raja Amin Hasibuan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Warga Negara

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Abrahamovic, ManCity dan Pembangunan Daerah

29 Mei 2013   21:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:50 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola dan pembangunan daerah adalah dua hal yang menjadi minat saya. Dan sepertinya keduanya ada hubungannya. Ini bukan tentang sepakbola Indonesia yang masih tergantung sama daerah (baca: APBD). Tapi perkembangan sepakbola khususnya di eropa dan pembangunan daerah di Indonesia satu dekade belakangan ini.

Fenomena menonjol di sepakbola yang saya maksud itu adalah munculnya beberapa taipan yang membeli klub sepakbola eropa dan kemudian menanamkan investasi besar di klub tersebut. Yang paling menonjol tentu saja apa yang dilakukan Abrahamovic dengan klub Chelsea-nya dan syaikh mansyur dengan tim Manchester City nya. kedua taipan itu melakukan pola yang sama:membeli klub kemudian membeli pemain-pemain terbaik dengan harga mahal dan digaji dengan mewah pula. Itu masih ditambah dengan pelatih bergaji tinggi seperi mourinho, scolari dan villas boas di kubu chelsea serta roberto mancini oleh manchester city.

investasi tersebut telah membawa klub tersebut dari sebelumnya puluhan tahun tidak mengangkat tropi tertinggi menjadi pemenang berbagai piala hampir setiap tahun. Chelsea tercatat sudah memenangkan premier laeague, liga champion dan terakhir europe league. sementara yang baru diambil alih berhasil membawa tropi premier league ke klub setelah lima puluh tahun.

ini agak berbeda dengan tim-tim yang sudah lama kaya dan sudah lama pula stabil berprestasi di level tertinggi. barcelona misalnya walaupun mereka tetap membeli pemain mahal seperi ibrahimovic dan david villa tetapi tidak terkesan jor-joran. demikian pula dengan bayern munchen yang hanya membeli satu dua pemain setiap tahun untuk menjaga tim mereka selalu di level teratas.

nah saya ingin membandingkan ini dengan pemerintah daerah di Indonesia. pemda seperti jogja dan bandung. tidak jorjoran setiap tahun berinvestasi untuk menjaga tingkat kota mereka selalu dinamis serta kreatif. dengan modal sosial yang sudah ditanam bertahun-tahun, kedua daerah ini selalu menjadi kiblat untuk banyak perkembangan proses kreatif di indonesia. baik musik, fashion, kerajinan dan terkini perkembangan audio visual.

ini agak berbeda mungkin dengan pemda-pemda yang tiba-tiba kaya seperti kabupaten/kota di kalimantan timur dan riau. setiap tahun daerah ini digelontorkan anggaran yang besar baik yang diperoleh dari bagi hasil kekayaan mereka, pajak atau pad-nya sendiri. namun masih kurang terasa kedua daerah ini masuk berprestasi menampilkan sesuatu yang menjadi perhatian khalayak umum.

memang sedikit juga informasi yang bisa ditemukan bagaimana daerah di wilayah tersebut membangun. apakah mereka mengundang berbagai ahli terbaik dan membayar mahal mereka untuk mendorong kemajuan masyarakatnya. memang tak bisa juga dibandingkan bagaimana klub-klub bola berkompetisi dengan pola pembangunan di daerah. tapi tak terhindarkan untuk mengejar ketertinggalan perlu melibatkan orang-orang terbaik untuk percepatannya.

Jogja, 29 Mei 2013

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun