Di era Disrupsi sekarang ini, semua Base on data. Buka skala Capaian-Capaian pembangunan di kota Makassar. Kota Makassar menjadi Daerah kabupaten atau kota tertinggi dalam Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel. Tingkat pengangguran dikota Makassar  mencapai 10,39% dari Total seluruh penduduk yang ada, tahun 2019.
TPT atau pengangguran Terbuka adalah Persentase Jumlah pengangguran terhadap Jumlah angkatan kerja.
Jumlah angkatan kerja di sulsel, pada agustus 2019 sebanyak 4. 030. 400 orang, bertambah sebanyak 4. 160. 680 orang pada triwulan pertama di tahun 2020. Artinya Peningkatan pengangguran terbuka di Sulsel meningkat menjadi 6,07 %. Sehingga yang menganggur Di Sulsel dari jumlah angkatan kerja, sebanyak 252. 499 orang dan penyumbang terbesar pengangguran di seluruh kabupaten/kota adalah makassar, sebanyak 10, 39 % . (Data BPS). Itu Belum di akumulasi dengan jumlah saat masa Pandemi sekarang, dimana banyak yang di PHK-Dirumahkan selama-lamannya?.
Angkatan kerja punya dimensi-dimensinya turunannya lagi kebawah, sampai dengan stadar jumlah jam kerja.
Satu diantara sebab pengangguran adalah urabnisasi. Daya tarik kota Makassar begitu memikat. Pertanyannya, dimana sebenarnya Politik bekerja?. Jika Politik dan turunannya, memainkan peran sebagai variabel penting dalam pembangunan Makassar?.
Jangan-jangan politik praktis cuman beban elektoral saat Pemilu atau pilkada atau Pilwalkot saja. Tapi, tidak punya beban pembangunan. Apa bukan sirkus namanya Jika demikian?.
Artinya Pengangguran masih menjadi PR yang belum selesai-selesai sekian Tahun, paling tidak ditekan ke titik kurva normal.
Jika Di urai dalam kerangka Rekayasa Sosial: Prof Jalaluddin Rahkmat, bahwa pengangguran dan Kemiskinan merupakan mata rantai, sebab Tingkat pengangguran yang tinggi akan membentuk kekerasan dan kejahatan.  Kejahatan dan kekerasaan terbentuk dari Kemiskinan. Sedang kemiskinan tercipta dari kebodohan (Tidak sekolah/kualifikasi Ijazah tidak memenuhi stadar) dan kelaparan. Kebodahan dan Kelaparan, terbentuk dari kemiskinan. Kemiskinan terbentuk  karena tidak bekerja (pengangguran).
Siklus itu akan Begitu terus menerus sampai Kiamat kurang 2 hari, jika politik kekuasaan hanya sekedar sirkus.
Ingat, diantara riuh perbincangan politik kekuasaan, mereka yang memilih Diam bukan berarti tidak bersikap. Bisa jadi mereka yang diam, tidak mau masuk wilayah perdebatan A sampai Z. Bisa jadi mereka yang diam itu menggerutu dan berkata ; semakin kalian tawar maka semakin kita membeli, berapapun harganya. "Hati-hati dengan mereka yang tidak menentukan sikap". Merekalah yang di namakan swing voters dalam konsepsi demokrasi.
Belajar pada kasus pemilihan presiden amerika Serikat, satu setengah tahun yang lalu, seluruh lembaga survey Amerika serikat. Dari CNN. cc. Â DetikNews. Hampir semua bersepakat bahwa Hillary Clinton akan menang. Padahal lembaga-lembaga Survey di Amerika menggunakan metodologi yang canggih-canggih dan teruji. Tapi dalam perilaku politik (political Behaviuor) dan perilaku memilih (electoral Behaviour), selalu ada yang membuyarkan prediksi. Siapa mereka?. Mereka yang meyatakan "Diam". Nyatanya " Donald Trump" yang setiap hari di Bully luar biasa itu, menang. Padahal jauh-jauh hari opini telah terbentuk bahwa Trump itu "memuakkan".