Dalam lingkungan yang mendukung, maba akan merasa lebih nyaman, termotivasi, dan mampu meraih potensi penuh mereka di perguruan tinggi. Dengan memahami bahwa ospek yang marah-marah dan bentakan sudah nggak sesuai dengan tuntutan zaman, kita mesti bergerak menuju budaya kampus yang lebih inklusif, memerhatikan kesejahteraan mental maba, dan membangun komunitas akademik yang saling mendukung bukan memperlihatkan budaya marah-marah dan bentak-bentakan kayak gonggongan anjing. Dalam mengatasi masalah ini, penting bagi pihak kampus untuk mengimplementasikan kebijakan dan panduan yang jelas terkait ospek, dengan penekanan pada pendekatan yang adil, inklusif, dan menghormati hak asasi manusia.
Kolaborasi antara senior mahasiswa dan maba mesti dibangun berdasarkan saling pengertian, kepedulian, dan keinginan untuk saling mendukung dalam perjalanan pendidikan mereka---bukan malah menunjukkan sikap dungu dengan marah-marah yang nggakjelas. Sebagai institusi pendidikan yang bertanggung jawab, penting bagi pihak kampus dan pengurus ospek untuk merefleksikan kembali praktik semacam ini dan mencari cara yang lebih positif dan mendukung bagi maba. Mari lawan budaya feodal berkedok melatih mental.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI