Nelayan merupakan sebuah profesi yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan ataupun biota lainnya yang hidup di perairan, baik air tawar, payu maupun laut. Tapi pada artikel kali ini, kita akan berfokus membahas nelayan yang bekerja di laut. Jadi apakah profesi nelayan yang bekerja di laut terpengaruh dengan adanya perubahan iklim? mari kita bahas lebih lanjut.
Pertama-tama, mari kita cari tahu dulu, apakah produk dari nelayan terpengaruh oleh perubahan iklim? Jawabannya adalah iya, karena produk nelayan yang merupakan ikan dan biota lainya merupakan variabe yang sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim, jadi tentunya hal tersebut akan mempengaruhi nelayan dalam menetukan waktu terbaik untuk berlayar.
Untuk dapat menentukan dan mengetahui waktu ideal untuk melaut dan menganalisis pengaruh iklim terhadap pola pendapatan nelayan, kita akan coba dengan melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriani, Nur dan Boer, Rizaldi ke nelayan Pangandaran, yang mana mereka menggunakan Indeks Iklim Melaut (IIM) untuk menentukan dan mengetahui waktu ideal untuk melaut dan menganalisis pengaruh iklim terhadap pola pendapatan nelayan,
IIM menggambarkan kondisi iklim/cuaca yang aman untuk melaut dan menggambarkan kelimpahan stok ikan di perairan pada waktu tertentu. Kondisi iklim/cuaca yang digunakan ialah kecepatan angin, suhu permukaan laut (SPL), dan curah hujan. IIM mengelompokkan nilai preferensi ke dalam lima kategori (1 sampai 5), yang mana kondisi iklim yang sangat baik diberi skor 5 dan yang paling buruk dengan skor 1.
Hasil analisis dari penelitian yang dilakukan oleh Apriani, Nur dan Boer, Rizaldi ke nelayan Pangandaran menunjukan bahwa kondisi iklim pada kondisi preferensi sangat baik untuk melaut ialah saat kecepatan angin rata-rata berkisar antara 4.4 dan 5.5 m/s, kondisi suhu permukaan laut kurang dari 26.3oC dan curah hujan kurang dari 3 mm per hari (tidak ada hujan).Â
Sedangkan kondisi iklim yang sangat buruk untuk melaut ialah saat kecepatan angin rata-rata kurang dari 2.3 m/s atau lebih besar dari 5.5 m/s, kondisi suhu permukaan laut relatif panas (>28.1oC) dan curah hujan relatif tinggi (>10 mm per hari). Hasil validasi menunjukkan bahwa pola perubahan nilai IIM mengikuti pola perubahan volume tangkapan. Semakin tinggi nilai IIM semakin tinggi volume tangkapan ikan. Dengan demikian, pola pendapatan nelayan juga mengikuti pola IIM.
Dari hasil analisis, kita jadi bisa membayangkan secara mudah bahwa kondisi terbaik untuk melaut bagi nelayan di pangandaran ialah saat Kecepatan angin berada pada kecepatan rata-rata angin di pangandaran, yaitu 2.9--4.5 m/s, yang mana kecepatan angin dari hasil analisis mendekati angka tersebut. Lalu kedua adalah saat temperatur di pangandaran sedang normal, kenapa dibilang normal? Karena suhu rata-rata di wilayah pangandaran adalah 26--27oC, yang mana hasil dari analisis juga mendekati angka tersebut. Dan terakhir, adala saat cuaca sedang cerah dan tidak hujan.
Bisa disimpulkan bahwa Perubahan iklim sangat mempengaruhi komunitas nelayan, mulai dari produknya (ikan dan biota lainnya) sampai kondisi untuk berlayar, dan untuk mengatasi hal-hal tersebut, para nelayan harus beradaptasi dengan lingkungan dan mencari kondisi terbaik untuk bekerja, yaitu seperti yang didapat dari hasil analisis, dimana kondisi yang baik ialah saat kecepatan angin rata-rata berkisar antara 4.4 dan 5.5 m/s, kondisi suhu permukaan laut kurang dari 26.3oC dan curah hujan kurang dari 3 mm per hari (tidak ada hujan), dan kondisi yang sangat buruk ialah saat kecepatan angin rata-rata kurang dari 2.3 m/s atau lebih besar dari 5.5 m/s, kondisi suhu permukaan laut relatif panas (>28.1oC) dan curah hujan relatif tinggi (>10 mm per hari).
Sumber:
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/89706
https://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan
