Mohon tunggu...
Muhammad Raihan
Muhammad Raihan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencari Inspirasi dari Seni Iluminasi Manuskrip Nusantara

21 Juni 2020   15:31 Diperbarui: 21 Juni 2020   15:28 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kalian tahu bahwa banyak terdapat manuskrip kuno di Nusantara kita ini? Dan mereka bukan hanya lembaran-lembaran kertas usang yang tak terawat. Didalamnya justru banyak hal-hal menarik yang menunggu untuk kita temukan dan teliti lebih dalam. Salah satunya mengenai seni iluminasi pada manuskrip.

  • Filologi dan Kodikologi

Sudah sejak dahulu nenek moyang kita telah mengenal tradisi tulis. Menurut sejarah, salah satu penemuan terbesar adalah ketika munculnya kertas yang dibuat di Negara Cina, dan dengan cepat menyebar ke belahan dunia lainnya. Dari penemuan inilah manusia terdahulu beralih dari menulis diatas batu atau kayu menjadi menggunakan kertas sebagai media tulis mereka. Hal seperti ilmu pengetahuan, cerita, hingga surat resmi ditulis diatas kertas. Sampai saat ini pun masih banyak bukti asli maupun salinan dari naskah kuno tersebut yang kita kenal dengan nama Manuskrip.

Sebelum kita membicarakan lebih jauh tentang manuskrip kuno, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu Filologi. Ilmu filologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari isi daripada naskah-naskah kuno. Manuskrip ini diteliti dan disunting oleh para filolog, (nama untuk ahli filologi) untuk kemudian memudahkan kita menikmati isinya serta secara tidak langsung memperjelas bagaimana tradisi tulis dapat berkembang pesat pada masa naskah tersebut ditulis. Kondisi naskah juga menjadi bahan pertimbangan filolog dalam meneliti suatu naskah, untuk itulah dibutuhkan penggunaan ilmu kodikologi.

Lingkup observasi kodikologi ini meliputi segala sesuatu yang ada pada fisik suatu naskah dan hal yang menyebabkan naskah itu ada. Dengan demikian, ilmu kodikologi dapat dikatakan sebagai ilmu sejarah manuskrip. Karena dari sinilah kita dapat mengetahui unsur seperti kertas yang digunakan, nama penulis, tanggal dan tempat ditulisnya naskah yang dapat diteliti melalui kolofon nya, serta keberadaan watermark dan countermark pada naskah. Penelitian terhadap iluminasi naskah juga masuk ke ruang observasi seorang kodikolog (ahli kodikologi).

Manusia menyukai visual. Sejak zaman manusia purba kita telah menggambar di dinding gua hingga saat modern seperti ini kita masih suka menggambar serta mengunggah karya kita pada laman daring kita. Begitupun para penulis manuskrip, seringkali mereka menghiasi naskah mereka dengan gambar-gambar yang indah. Gambar ini biasa disebut dengan iluminasi naskah.

Iluminasi ini merupakan istilah teknis dalam disiplin ilmu pernaskahan, yang mengarah pada gambar-gambar dan bentuk-bentuk ilustrasi penghias naskah. Iluminasi ini biasanya merupakan penggambaran isi dari naskah tersebut, namun bisa pula hanya sebagai dekorasi pada naskah agar semakin indah dan terlihat mewah, sehingga menarik minat para pembacanya pada saat itu. Seni iluminasi naskah ini juga bisa menentukan kebudayaan yang dianut oleh masyarakat di zaman naskah ini dibuat. Hal ini karena penulis naskah akan menghiasi naskah mereka dengan benda-benda yang sering mereka jumpai. Seperti pada naskah Melayu akan sering kita temui ilustrasi berbentuk kubah yang mengerucut di tengahnya, menandakan kepercayaan masyarakat Melayu kepada Tuhannya. Selain itu pada naskah Batak akan terlihat banyak gambar-gambar hewan. Juga pada masyarakat Jawa yang dikenal kental dengan budayanya akan tentu memasukkan ornamen-ornamen Jawa pada naskah yang mereka tulis.

Dengan melihat ilustrasi, secara tidak langsung dapat menjadi sumber pengetahuan awal para kodikolog untuk mengetahui bagaimana dan darimana naskah itu berasal. Namun jika kita menelaah lebih dalam tentang iluminasi pada manuskrip, kita sebagai masyarakat di era yang serba modern akan menemukan berbagai kemiripan dengan karya seni yang sering kita jumpai saat ini. Itu ternyata karena para desainer iluminasi manuskrip telah berusaha menerapkan prinsip dasar desain dalam karyanya. Walaupun saat itu mereka belum mengenal istilah prinsip desain.

  • Iluminasi Manuskrip dan Desain Modern

Kalau kita berbicara tentang ilustrasi di era digital seperti saat ini, pasti kita tidak asing dengan yang namanya desain grafis. Istilah yang sudah sangat sering kita dengar ini merujuk kepada bentuk seni lukis (gambar) ilmu terapan yang memberikan kebebasan para pembuatnya untuk memilih, menciptakan, serta mengatur elemen rupa seperti ilustrasi, foto, tulisan, dan garis di atas suatu permukaan bertujuan untuk diproduksi dan dikomunikasikan sebagai sebuah pesan. Sedangkan menurut Jessica Helfand dalam esainya ia mengatakan, desain grafis merupakan kombinasi kompleks kata-kata dan gambar, angka-angka dan grafik, foto-foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat berguna, mengejutkan atau subversif atau sesuatu yang mudah diingat.

Jika kita telaah kembali pengertian ini sejalan dengan pengertian iluminasi naskah. Keduanya sama-sama bertujuan untuk memperindah dan memudahkan penyampaian informasi dari penulis kepada pembaca. Unsur yang membedakan keduanya jelas adalah media penyampaian dan cara pembuatannya. Apabila kini kita sudah dimanjakan dengan teknologi yang mumpuni untuk berkreasi, zaman dulu menghias manuskrip mereka lakukan dengan tradisional, melalui tangan-tangan hebat para penulisnya. Meskipun dibuat hanya dengan tangan, banyak dari karya-karya ilustrasi pada manuskrip kuno dapat membuat kita menggelengkan kepala karena keindahannya. Tentu hal ini juga tidak terlepas dari teknik yang mereka gunakan. Menarik ketika kita memperhatikan teknik menggambar ilustrasi naskah. Karena jika kita telaah lebih dalam, teknik yang mereka gunakan mengacu kepada prinsip yang dianut dalam seni desain grafis saat ini. Prinsip seperti penggunaan bentuk simetris dan asimetris, pewarnaan, sampai dengan banyak ditemukannya unsur tipografi dalam suatu naskah kuno. Korelasi inilah yang menambah keunikan suatu naskah walau kuno namun tetap menarik untuk dicermati dan dipelajari.

  • Prinsip Desain pada Iluminasi Naskah Kuno

Seperti kita ketahui segala karya seni memiliki cara dan keunikannya masing-masing. Seringkali kita menemukan kemiripan diantara satu karya seni dengan yang lainnya. Itu karena jikalau mereka memiliki perbedaan satu sama lain,  prinsip seni adalah sesuatu yang universal serta tak lekang oleh waktu.

Maka menarik kemudian bagaimana jika suatu naskah kuno nusantara yang sudah usang ternyata menggunakan beberapa daripada prinsip desain yang kita temukan di zaman modern seperti saat ini. Beberapa naskah kuno yang berasal dari daerah Padang, Aceh, dan daerah-daerah lainnya banyak ditemukan iluminasi yang bukan hanya mempercantik, namun juga menciri khaskan wilayah mereka masing-masing.

  1. Manuskrip Sifat Dua Puluh

https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-pdg2013-psm31.html#ad-image-0 
https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-pdg2013-psm31.html#ad-image-0 

Secara langsung apabila kita melihat manuskrip Sifat Dua Puluh ini mata kita pasti akan langsung tertuju pada ilustrasi yang ada di halaman pertama naskah ini. Karena hampir sebagian halamannya adalah berupa ilustrasi. Naskah ini dapat diakses melalui laman daring koleksi manuskrip lektur Kemenag. Informasi mengenai naskah ini antara lain naskah ini berasal dari Padang, Sumatera Barat dan tersimpan di Suaka Sulung, menggunakan kertas Eropa sebagai media tulisnya serta ditulis dengan tulisan Arab dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab dan Melayu. Pada naskah ini tidak ditemukan informasi tentang pengarang, penyalin dan tahun penyalinan.

https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-pdg2013-psm31.html#ad-image-0
https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-pdg2013-psm31.html#ad-image-0

Isi dari naskah ini adalah tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah yang berjumlah 20 sesuai dengan judulnya. Dan yang unik dari cara penulisannya adalah penulis menulis sifat wajib pada tengah-tengah halaman dan melingkarinya. Seperti pada contoh diatas, ditengah halamannya tertulis sifat wajib Allah yaitu Mutakallimun ( متكلّم ), dan penulis menjabarkannya dengan menulis disekeliling lingkaran tersebut. Kutipan “Mutakalimun bikalamihi artinya berkata Allah ta’ala dengan sifat katanya yakni berkata-kata Allah dengan sifat yang bernama kalam dan kita berkata...kita itu dijadikan Allah daripada tiada kepada ada dan yang demikian mahal” ditulis dengan aksara Jawi dengan searah diagonal mengikuti bentuk daripada lingkaran tengahnya.

Jika kita menelaah dari segi prinsip dasar desain, kita mengenal bentuk pengaplikasian prinsip “contrast”. Yakni membedakan satu bagian dengan yang lainnya untuk mencari perhatian, dan memberi penekanan kepada bagian itu, untuk kali ini adalah mengenai hierarki visual (visual hierarchy). Hierarki visual dalam suatu karya seni merupakan teknik visual yang dapat membantu pembacanya bernavigasi dalam menikmati suatu karya seni. Pada hal ini penulis menempatkan judul besar dari halaman tersebut ditengah-tengah guna mengarahkan pembaca agar melihatnya terlebih dahulu, bahkan lingkaran tersebut juga dapat difungsikan sebagai penarik perhatian (center of attention). Karena bentuk lingkaran ini merupakan sesuatu yang berbeda dari yang disekitarnya.

2.   Manuskrip Al-Falaqiyyah

https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-jambi2015-bs003.html#ad-image-8
https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-jambi2015-bs003.html#ad-image-8

Berjudul Al-Falaqiyyah yang berarti membahas tentang ilmu falak, yakni ilmu untuk mengetahui hari awal pada tiap bulan dalam setahun Hijriyah. Manuskrip ini merupakan karangan dari K.H.M. Burkan Saleh dari Jambi, dan diwariskan kepada anak dan menantunya yang disimpan oleh Dr. Rasidin di Tanjung Pauh, Sungai Penuh, Kerinci. Terdapat pula didalamnya kolofon bertuliskan “Al-Falaqiyyah, 1937, Madrasah Jauhar al-Islamī: Tanjung Juhūr Jambī, lis - Syeikh Haji Muḥammad Burkhan Sāleh.” Manuskrip ini banyak membahas tentang perhitungan bilangan tahun Hijriyah yang meliputi bulan Muharram, Safar, Rabi'ul Awal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sa'ban, Ramadan, Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah. Pembahasan lain yang juga tertulis adalah berupa: ketentuan untuk menentukan hari awal pada tahun Hijriyah; ketentuan untuk mengetahui awal bulan Ramadan; dan tatacara mencari atau menentukan masuknya waktu salat lima waktu.

https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-jambi2015-bs003.html#ad-image-8
https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-jambi2015-bs003.html#ad-image-8

Sejauh yang saya ketahui manuskrip ini memiliki cukup banyak ilustrasi-ilustrasi yang unik. Salah satunya seperti diatas, penulis mencoba menggambarkan sebuah kompas untuk arah kiblat umat Muslim. Diatasnya tertulis “نتجهة القبلة” yang berarti arah kiblat dan diikuti arah-arah mata angin, seperti selatan (جنوبي), barat (مغرب), timur (مشرق), dan utara (شمالي). Penulis berusaha mengilustrasikan kompasnya dengan sedetail mungkin dengan menggambarkan lingkaran dengan sempurna. 

Penggunaan tinta warna biru, merah, dan hijau bukanlah suatu kesengajaan. Dapat kita ketahui tiga warna tersebut merupakan warna aditif (additive color). pengaplikasian warna ini kita juga bisa mengaitkannya dengan penggunaan istilah RGB (red, green, blue) dalam desain. Yang mana skema warna paling sering digunakan karena lebih jelas dan terang jika dibandingkan skema warna CMYK (cyan, magenta, yellow, black). Sehingga memudahkan pembacanya memahami konten dari naskah ini, dan karena warnanya terang ini juga otomatis akan menarik mata para pembacanya.

Sejatinya semua karya seni memiliki keunikannya masing-masing, seperti halnya pula iluminasi yang terdapat pada manuskrip-manuskrip kuno. Dengan menggunakan alat tradisional dan tangan mereka sendiri, penulis manuskrip telah bisa membuat sesuatu yang tidak hanya indah dipandang namun juga memudahkan untuk penikmatnya dalam hal memahami isi dari manuskrip yang mereka buat. 

Kita sebagai generasi penerus sudah semestinya menjaga dan melestarikan manuskrip-manuskrip kuno ini. Karena keberadaan manuskrip ini adalah bagian dari sejarah dan kekayaan budaya yang negeri kita miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun