Mohon tunggu...
Raihan Abdul Aziz
Raihan Abdul Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan Semangka Bentuk Solidaritas terhadap Palestina

8 November 2023   21:22 Diperbarui: 8 November 2023   21:22 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir Juni 2023, Zazim sebuah organisasi masyarakat Arab-Israel, meluncur kampanye untuk memprotes penyitaan bendera Palestina. Mereka memasang gambar semangka pada 16 van taksi yang melaju di kota sepanjang hari, disertai teks yang sangat menggigit: "This is not a Palestinian flag." Direktur eksekutif Zazim, Raluca Ganea, mengatakan, "... Kami bakal selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tak masuk akal...".

     Secara historis, mengibarkan bendera Palestina di Israel merupakan sebuah kejahatan. Jadi semangka, yang melimpah secara lokal dan berwarna serupa, telah puluhan tahun menjadi simbol subversif Palestina. Kini semangka mencuat lagi dan lebih meluas, khususnya berkat media sosial. Para pengguna mulai dari warga biasa hingga tokoh terkemuka mem-post emoji,    gambar, dan karya seni semangka sebagai simbol solidaritas terhadap Palestina.

     Sejauh ini, kepahitan dan kematian di Gaza terus bertambah. Kita melihat bagaimana kaum barbar bukan hanya melukai dan membunuh, tapi juga berusaha keras untuk menimbulkan rasa sakit, menyiksa, dan mempermalukan warga sipil. Mereka bersuka cita atas penderitaan musuh-musuhnya, memotret korban yang menangis dan ketakutan, kemudian menari-nari di barisan mayat.

     Mirisnya lagi, setidaknya selama dua minggu pertama sejak konflik meletus, lebih dari 3.450 anak terbunuh dan nyaris 6.000 lainya terluka. Jumlah itu bahkan belum termasuk mereka yang disandera dan mengalami trauma. Masa depan, bagi mereka, terlihat seperti abu yang melayang-layang tanpa harapan. UNICEF kini menyebut Gaza sebagai "kuburan bagi ribuab anak-anak". Ini adalah neraka bagi semua orang.

     Para jurnalis, yang semestinya mendapat perlindungan khusus di tengah konflik, sama sekali tak kebal terhadap serangan seperti semua orang lainnya di Gaza. Penyelidikan Committee to Protect Journalist (CPI), per 3 November 2023, menunjukkan sedikitnya 36 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh sejak serangan 7 Oktober. Mereka bukan hanya menghadapi serangan darat da udara, tapi juga gangguan komunikasi dan pemadaman listrik.

     Pada sudut lain, para dokter dan relawan di Gaza mengeluh bahwa mereka telah diabaikan oleh masyarakat internasional. Sebagai tenaga medis, mereka berjuang untuk bertahan dan mempertahankan hidup orang lain. Sekitar sepertiga rumah sakit di Gaza tak lagi beroperasi, sehingga fasilitas yang tersisa berada di bawah tekanan besar. Ada laporan bahwa beberapa operasi dilakukan tanpa obat dan bius dan menggunakan cuka sebagai disinfektan.


     Sementara itu, air bersih yang ada begitu cepat habis, memaksa sebagian besar warga Gaza untuk mengandalkan sumur yang tercemar. Akibatnya, mereka mungkin bisa bertahan dari konflik bersenjata, tapi mereka beresiko mengalami wabah penyakit yang di tularkan melalui air. Tanpa pemulihan cepat terhadap akses air minum, anak-anak adalah yang paling rentan meninggal karena dehidrasi parah.

     Pengiriman pasokan kemanusiaan masih terbatas, jauh dari kata cukup mengingat makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar terus terkuras. Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menyerukan "jeda kemanusiaan" agar pasokan bantuan dapat dikirimkan secara cepat dan aman. Namun, Israel menolak seruan tersebutdengan alasan bahwa gencatan senjata akan menguntungkan Hamas.

     Dengan kondisi yang sudah separah itu, apa yang dapat dilakukan oleh serbuan gambar dan emoji semangka ? Meskipun Israel, tentu saja, tak akan merasa tertekan, saya pikir "gerakan semangka" memang harus terus berlangsung hingga ketepiannya. Ini sepertinya merupakan gerakan yang lebih sukses dibandingkan seruan politisi dalam hal memengaruhi khalayak di seluruh dunia.

Sejarah Semangka sebagai Simbol Palestina

    Pada Juni 1967 usai Perang Enam Hari dan pendudukan  Tepi Barat, Israel melarang bendera Palestina di dalam perbatasannya untuk menghalangi nasionalisme Palestina. Siapapun yang melanggar pelanggaran tersebut, mereka akan dipenjara. Tiga orang seniman yang berada di Ramallah tahun 1980-an pernah ditangkap gara-gara masalah ini. Petugas Israel bersikeras bahwa bendera Palestina dan warna-warnanya dilarang.

     Salah atu seniman lantas bertanya bagaimana jika yang digambar adalah bunga berwarna merah, hijau, hitam dan putih. Seorang petugas spontan menjawab, "itu akan disita. Bahkan jika kau melungkis semangka, itu akan disita". Dari sinilah para seniman mulai melukis semangka, yang seiring waktu menjadi symbol subversif Palestina

     Setelah perjanjian Oslo tahun 1993, dimana pembatasan terhadap warga Palestina di Israel menjadi semakin longgar, larangan pengibaran bendera Palestina seharusnya sudah hilang. Dan memang, saat itu bendera-bendera Palestina mulai bermunculan di seluruh jalur Gaza dan Tepi Barat. Namun, para pemimpin terkemuka Israel tak menyukai sehingga mereka berusaha melarangya kembali.

     Januari Kemarin, menteri keamanan nasional Israel memberi wewenang kepada polisi untuk menyita bendera Palestina jika itu dianggap menghasut atau mengganggu ketertiban umum. Pemerintah Israel bahkan berupaya untuk menindaklanjutinya menjadi undang-undang, tapi sebelum itu benar-benar terjadi, symbol semangka sudah terlanjur menyebar luas. Sekarang orang bertanya-tanya apakah Israel juga akan melarang symbol semangka.

     Biarpun larangan pengibaran bendera Palestina benar adanya, cerita mengenai asal-muasal semangka sebenarnya cukup meragukan. Beberapa ahli menduga bahwa cerita yang saat ini beredar di media massa merupakan kombinasi antara fakta dan mitos yang keasliannya sulit dikonfirmasi. Terlepas dari adanya keraguan ini, kebenaran sejarahnya telah menjadi nomor dua. Orang-orang sudah terlanjur mengadopsi buah ini sebagai symbol solidaritas Palestina

     Lagi pula, bagaimanapu kebenarannya, kisah semangka cukup menyedihkan sekaligus lucu. Selain pelanggaran nyata terhadap kebebasan berpendapat, pemerintah Israel tampaknya kurang memahami konsep lainnya yang lebih mendasar : kebebasan berfikir. Bendera boleh dicopot atau bahkan dibakar, tapi mereka tak akan bisa melicuti identitas dan pikiran warga Palestina.

     Masalahnya bukan pada bendera; ini adalah tentang rangkaian cerita, sejarah , dan aspirasi. Sama seperti bendera Palestina melambangkan kebebasan bagi warga Palestina, bendera ini juga melambangkan ketakutan dan kebencian bagi Israel. Mereka telah lama berupaya buat menghapus jejak identitas Palestina, tapi selama masih ada orang Palestina, upaya tersebut akan sia-sia. Itu tak membuat orang-orang Palestina pergi. Sebagaimana ujar Direktur Eksekutif Zazim di awal, bagaimanapun pencekalannya, mereka akan selalu menemukan cara lain untuk mengekspresikan diri mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun