Mohon tunggu...
Raifatul Maulah
Raifatul Maulah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Semoga bermanfaat🌈

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

10 Maret 2020   12:20 Diperbarui: 10 Maret 2020   15:46 2025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teman Sebaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosional Anak Usia Dini. Teman Sebaya diartikan sebagai orang yang dengan tingkat usia dan pola pikir yang relatif sama (John W. Santrock). Atau orang dengan kesamaan usia dan tingkat kedewasaan.

Melalui teman sebaya anak-anak akan menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Anak-anak menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang anak-anak lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga karena saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (bukan sebaya) (Santrock, 2004 : 287).

Sebagai sumber emosi, pertemanan bagi anak memberi rasa aman untuk memasuki wilayah baru, bertemu dengan orang baru atau hal-hal baru, dan mengatasi persoalan- persoalan baru. Dengan teman sebaya, anak akan saling memberikan dukungan antara satu sama lain dalam mengatasi stress dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Pada gilirannya, keadaan ini dapat memberikan "basis yang aman" untuk melakukan social learning lebih lanjut.

Hubungan dengan teman sebaya tampak mempunyai berbagai macam fungsi, di antaranya sebagai berikut:
1. Dapat memfasilitasi proses belajar dan perkembangan anak. Melalui hubungan teman sebaya, anak memperoleh kesempatan untuk belajar keterampilan sosial yang penting untuk kehidupannya, terutama keterampilan yang dibutuhkan untuk memulai dan
memelihara hubungan sosial dan untuk memecahkan konflik sosial, yang mencakup keterampilan berkomunikasi, dan berkompromi.
2. Memberikan dukungan sosial, moral, dan emosional pada perkembangan anak.
3. Memberikan dukungan keterampilan bagi anak. Seperti bertanggung jawab, bermain dengan baik, gotong royong, kerja sama dalam belajar agar menjalani kehidupan kedepannya bisa lebih baik.
4. Memberi kesempatan bagi anak dalam belajar mengontrol diri nya sendiri agar tidak mudah marah dan egois.
5. Sebagai agen sosialisasi dengan orang disekitarnya.
6. Tempat memperoleh informasi di luar keluarga.
7. Memberikan keterampilan dalam berkomunikasi.
8. Sebagai sumber kognitif, hubungan teman sebaya memungkinkan anak untuk saling mengajari dalam banyak situasi, dan pada umumnya kegiatan ini efektif.

Status Teman Sebaya dibedakan menjadi 5 tipe (Wentizel & Asher), yakni:
1) Tipe anak populer, dianggap memiliki sifat yang menonjol dan rata-rata tergolong menjadi teman terbaik (sahabat) serta sangat disukai oleh teman-teman sebayanya mereka. Oleh karena itu, tidak banyak anak yang tergolong kategori populer.
2) Tipe anak biasa, jumlah rata-rata mendapatkan nominasi positif maupun negatif dari teman-teman sebaya mereka.
3) Tipe anak terabaikan, jarang dinominasikan sebagai sahabat dan secara aktif tidak disukai karena sifatnya. Anak kategori ini terabaikan dan sangat jarang disinggung atau diperhatikan oleh teman-temanya.
4) Tipe anak yang ditolak, cenderung tidak disukai oleh teman-temannya karena memiliki sifat yang buruk.
5) Tipe anak kontroversial, anak kategori ini terkadang disukai namun terkadang pula banyak dibenci oleh teman sebayanya. Dan tergolong sebagai anak yang sering dicalonkan (seperti sebagai ketua kelas, ketua kelompok, dll) dan identik dengan anak yang bandel (rusuh).

Di samping itu, pengaruh dari Teman Sebaya lebih kuat ketika anak sudah memasuki usia pra sekolah yang berasal dari keinginan anak untuk dapat diterima baik oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak cenderung lebih banyak bermain dengan anak teman sebayanya (B. Hurlock, 1997).

Pengaruh Teman Sebaya ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positif nya, anak dapat mengembangkan keterampilan sosialnya, mengintropeksi diri, dan mendapatkan pengalaman kerja sama. Sedangkan dari segi sisi negatifnya, anak dapat memperkuat prasangkanya (sikap kurang baik terhadap kelompok diluar dirinya), menimbulkan kecenderungan anti sosial, dan lain sebagainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun