Menilai karakter manusia merupakan salah satu hal yang paling kompleks dalam kehidupan sosial. Setiap manusia memiliki kepribadian, nilai, dan kecenderungan yang berbeda. Dalam keseharian, penilaian terhadap karakter seseorang sering kali menjadi dasar dalam membangun kepercayaan, menentukan hubungan, bahkan mengambil keputusan moral dan sosial. Namun, sejatinya menilai karakter bukanlah hal yang sederhana; ia memerlukan kebijaksanaan, kepekaan, serta pemahaman mendalam tentang hakikat manusia.
1. Pandangan Para Ahli tentang Karakter Manusia
a. Aristoteles
Filsuf Yunani ini menyatakan bahwa karakter adalah hasil dari kebiasaan. Dalam bukunya Nicomachean Ethics, Aristoteles menekankan bahwa kebajikan (virtue) bukanlah sesuatu yang diwariskan, melainkan hasil dari tindakan yang terus diulang. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan berkarakter baik hanya karena berbicara tentang kebaikan, tetapi karena ia melatih dirinya berbuat baik secara konsisten.
> "Kita menjadi adil karena melakukan tindakan yang adil." --- Aristoteles
Dari pandangan ini, menilai karakter berarti melihat perilaku berulang seseorang, bukan hanya kata-kata atau kesan pertama.
b. Sigmund Freud
Freud melihat karakter sebagai hasil dinamika antara tiga unsur dalam diri manusia: id, ego, dan superego. Karakter seseorang mencerminkan sejauh mana keseimbangan antara dorongan naluriah (id), pertimbangan rasional (ego), dan nilai moral (superego) terjaga. Menilai karakter dari perspektif psikoanalisis berarti memahami konflik batin yang mendorong perilaku seseorang.
c. Carl Gustav Jung
Jung memperkenalkan konsep persona (topeng sosial) dan shadow (bayangan atau sisi gelap kepribadian). Ia menegaskan bahwa setiap manusia memiliki sisi baik dan sisi gelap. Karakter sejati seseorang baru tampak ketika ia mampu mengakui dan mengendalikan sisi gelap dirinya, bukan sekadar menampakkan citra baik di hadapan orang lain.
> "Tidak ada pencerahan tanpa kesadaran terhadap kegelapan." --- Carl Jung