Mohon tunggu...
Rahmawati Taufik
Rahmawati Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Dinas Pendidikan Kab. Dharmasraya

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Dua Pilihan (Part 2)

22 November 2022   16:41 Diperbarui: 23 November 2022   08:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Antara Dua Pilihan ( Part 2)

Oleh : Rahmawati Taufik

Sesudah sholat magrib dan membaca Alquran, Zikra menghampiri ayah dan ibunya yang sedang menonton televisi. Zikra bermaksud hendak menyampaikan tentang surat dari SMA padang yang dia terima tadi siang. Akan tetapi Zikra tidak tau giman cara menyampaikannya, supaya ayah ibunya memperbolehkannya sekolah di Padang.

Ayah Zikra yang melihat Zikra kebingungan penuh tanda tanya dihatinya, lalu ia berkata, "Kapan rencananya Zikra mau mendaftar ulang." Pertanyaan ayah sangat mengagetkan Zikra yang sedang melamun. Dengan gugup Zikra pun menjawab, "InsyaAllah hari senen lah ayah, soalnya kawan-kawan Zikra yang lain juga mendaftar ulangnya hari senen itu." jawabab Zikra dengan kebingungan. "bearti Zikra daftar ulangnya Bersama teman-temannya ya tampa ayah temanani." Sambung ayah menanggapi ucapan Zikra. 

"Rencananya sih begitu yah... hanya saja Zikra sepertinya masih ragu apakah Zikra bersekolah di sini saja atau di Padang." Jawab Zikra dengan pastinya. Lalu ayah berkata,"Zikra... untuk diterima di SMA yang ada di kota Padang itu tidaklah mudah. Disamping Zikra luar rayon Zikra juga di luar kota Padang jadi kesempatan Zikra untuk diterima disana sangatlah tipis sekali dengan nilai Zikra segitu." Ayah sedikit meremehkan nilai Zikra meskipun ayah tau sebenarnya nilai Zikra sudah sangat tinggi. Mendengar ucapan ayah seperti itu,  Zikra bukannya sedih ataupun kecewa tapi Zikra merasa ucapan ayah yang meremehkan nilainya itu, membuka jalan yang luas bagi Zikra untuk mendapat persetujuan ayah bersekolah di Padang. 

"Zikra tau nilai Zikra memang tidak setinggi nilai orang-orang yang berada di kota dan Zikra pun tau untuk diterima yang dari luar rayon dan diluar daerah harus nilainya tinggi, tapi yaah.. seandainya Zikra diterima dengan nilai itu, ayah dan ibu mengizinkan Zikra kan sekolah di Padang?." Zikra memohon kepada ayahnya. Sejenak ayah terdiam dengan permohonan Zikra. Ayah tau nilai Zikra alhamdulillah termasuk tinggi namun menurut ayah, informasi atas diterima atau tidaknya tak kan mungkin rasanya paman Zikra mengabari akan hal itu, sehingga ayah menjawab permohonan Zikra, "iya... kalau Zikra diterima, ayah dan ibu akan membolehkan Zikra sekolah di Padang." Mendengar ucapan ayahnya, Zikra sangat senang mendengarnya. Meskipun Zikra sudah tau kalau dia diterima tapi dia berusaha menyembunyikan dulu sama ayah dan ibu.

Keesokan harinya setelah Zikra dan keluarganya makan malam, Zikra tidak sabaran hendak memperlihatkan surat yang dia terima dari pak pos. "ayah...!, kemarenkan kata ayah, kalau Zikra diterima di Padang ayah dan ibu memperbolehkan Zikra sekolah di Padang. Iyakan ayah...ibu.." ayah menjawab, " iya  Zikra, tapi Padang itu jauh gimana kita bisa tau kalau Zikra itu diterima atau tidaknya, lagian sampai sekarang pamanmu juga belum menginformasikannya. Pada hal pengumuman itu sudah disampaikan hari Senen kemaren, bagusan Zikra daftar ulang ajalah lagi di SMA sini hari Senen besok." Panjang lebar ayah Zikra menjelaskan." Sambil menyerahkan surat itu Zikra pun Berkata, "ini ayah... ada pak pos yang ngasih surat ini pada Zikra, silahkan ayah baca." Sejenak ayah dan ibu terdiam dan saling menatap, kemudian mengambil surat itu dan membacanya. Sementara Zikra berusaha menyembunyikan tawa dan kenahagiaannya. Ayah terpelongoh membaca surat itu, dalam hati sangat senang anaknya bisa diterima dari sekian banyaknya yang mendaftar di luar rayon dan dari luar daerah, apalagi Zikra urutan ke tiga dari  11 orang yang diterima. Namun mendengar cerita Zikra tentang Winda saudara sepupunya, ayah mengkhawatirkan keberadaan Zikra ditempat pamannya. Ayah pun terdiam seribu Bahasa. Melihat ayah terdiam dan  kebingungan, ibu jadi penasaran lalu mengambil surat itu dari tangan ayah. Ibu pun membacanya dan berkata, "alhamdulillah anak ibu ternyata bisa diterima dari sekian banyak yang mendaftar, ibu senang dan bangga,                dengan begitu tantangan paman waktu itu bisa Zikra menangkan. Namun jika Zikra sekolah di Padang ibu khawatir hubungan yang dekat bisa jauh nantinya baik dengan keluarga paman ataupun dengan kak Winda. Untuk itu ibu berharap Zikra lebih baik sekolah di sini saja."

Mendengar perkatan ibu seperti itu Zikra menangis dan lari kekamar sambil berkata, "kemaren ayah dan ibu memperbolehkan kalau Zikra diterima, sekarang Zikra udah diterima ngak dibolehkan lagi. Kalau tidak di Padang biar Zikra ngak sekolah aja," Zikra masuk ke kamar dan membanting pintu. Ayah dan ibu kaget dan bingung harus berbuat apa.

Tak lama kemudian, terdenagar suara ibu menghentikan kesunyian, "beginilah ayah, karena tantangan pamannya terpenuhi dan kita pun kemaren  sudah bilang memperbolehkan Zikra sekolah di Padang jika diterima, sekarang tak ada salahnya Zikra mencoba dulu sekolah di Padang. Nanti kalau dia tidak betah disana paling juga minta pindah." 

Perkataan ibu meyakinkan ayah. "mungkin memang itu yang terbaik, biarlah untuk sekarang kita izinkan Zikra sekolah di Padang." Sahut ayah Zikra pada ibunya. Karena sudah adanya kesepakatan antara ayah dan ibu Zikra, lalu ayah memanggil Zikra, "Zikra..Zikra..." tak ada terdengar sahutan Zikra dari kamar. Lalu ibu menyamparin Zikra ke kamar dan berkata, "apa benar Zikra ingin sekolah di Padang?." Zikra yang lagi menagis sedang tengkurap di tempat tidurnya, langsung bangkit dari tidurnya dan berkata, "dari dulu Zikra sudah bilang sama ayah dan ibu kalau Zikra ingin sekolah di Padang, sehingga Zikra mati-matian belajar untuk mendapatkan nilai tinggi, sekarang Zikra udah diterima tapi tidak dibolehkan juga sekolah di Padang." 

Suara Zikra terbata-bata karena masih menangis. Ibu menghampiri Zikra dan mengusap air mata yang jatuh di pipi zikra sambil berkata, "bukankah dari kemaren ayah dan ibu sudah memperbolehkan Zikra sekolah di Padang, tadi ayah dan ibu hanya ingin melihat kesungguhan niat Zikra aja untuk sekolah di Padang. "jadi..jadi ayah dan ibu mengizinkan Zikra sekolah di Padang? Pertanyaan Zikra dengan senangnya. "iya.. dengan syarat kalau Zikra sekolah di Padang nilainya harus selalu tinggi, dan sekiranya Zikra tidak juara atau tidak betah Zikra harus mau pindah kesini." Penjelasan ibu meyakinkan Zikra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun