Mohon tunggu...
Rahmawati Taufik
Rahmawati Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Dinas Pendidikan Kab. Dharmasraya

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cita-citaku Terlahir dari Dokter Cantik

10 November 2022   09:14 Diperbarui: 10 November 2022   13:01 2275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kapanlagi.com

Cita-citaku Terlahir dari Dokter Cantik

Oleh : Rahmawati Taufik

Malam itu Zikra tidak bisa tidur. Ingatannya selalu pada pamannya yang tidak datang menjemput. Pada hal berlibur ke Padang itu sudah lama diangan-angankannya dan  sangatlah ditunggu-tunggu. Entah kenapa pamannya ingkar akan janji yang telah diucapkannya. "Mudah-mudahan Paman ku baik-baik saja di sana, dan tidak melupakan janji sehingga dilibur besok ini aku di jemputnya". Ungkapannya di dalam hati.

Teng..teng.. teng.. suara jam berbunyi 12 kali, itu bertanda hari sudah pukul 12 malam. Zikra mencoba memejamkan mata karena besok pagi hari pertama sekolah di kelas yang baru.

Sekarang Zikra sudah duduk di kelas 6 SD. Kelas tertinggi dan murid tertua di sekolahnya. Suatu Ketika disaat belajar Bahasa Indonesia bu guru menugaskan siswanya membuat sebuah karangan yang berjudul "Cita-Citaku." Yang dibuat pada kertas dua lembar.

Masing masing siswa mempersiapkan kertas. Zikra pun mengambil kertas yang ada ditengah-tengah bukunya. Suasana hening, hanya satu dua suara yang terdengar. Zikra pun memulai oretan karangan yang berjudul "Cita-citaku".

Karangan yang dibikin Zikra seperti di bawah ini!.

Cita-Citaku

"Aku Bernama Lailatul Zikra. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Ibu ku  Bernama Maimunah  dan ayahku Bernama  Burhanudin. Sedangkan ibu ku adalah anak kedua dari kakek nenek ku yang Bernama Jamaludin dan Rukayah. Ibu ku punya kakak perempuan yang bernama Zubaidah dan  dua orang adik laki-laki yang bernama Hasan dan Husein. Kakak ibu biasa ku panggil dengan sebutan bibi sementara kedua adik ibu, ku dipanggil dengan sebutan paman. Bibi dan ibuku menetap di kampung halaman, sementara pamanku yang tertua tinggal di Padang dan paman bungsuku tinggal di Pekanbaru.

Sebagai anak pertama Aku harus membantu pekerjaan ibuku, seperti mencuci piring, membersihkan rumah, menjemput air untuk di masak  bahkan  memasak pun aku harus pandai. Dan sebagai anak tertua aku harus bisa membimbing dan jadi contoh bagi adik-adikku serta bisa menjadi anak kebangaan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun