rahmat.syuradi92@gmail.com
Oleh : Â M. Rahmad S.
      Mahasiswa PAI UNISNU JEPARA
Kesejahteraan guru terutama guru swasta rupanya menjadi isu sepanjang tahun dan tidak pernah ada habisnya. Sebagai sesame calon guru saya ikut miris mengetahui pada zaman sekarang ada guru yang di gaji 75.000-200.000 sebulan kompas, 4 Mei 2011. Lebih mengerikan lagi di gunung kidul ada guru pendidik anak usia dini (paud) yang berpenghasilan 40.000/bulan. Berbagai upaya untuk memperjuangkan kesejahteraan dilakukan. Puncaknya pada peringatan hari pendidikan Nasional mereka mengirimkan surat aduan kepada presiden. (Tribun Jogja Senin 2 Mei 2011).
Guru swasta merupakan pejuang pendidikan yang berperan besar terhadap kemajuan bangsa, bahkan dibeberapa tempat guru swasta, telah berjuang lebih dulu mendidik anak-anak bangsa sebelum ahirnya berjuang dengan sekolah negri yang didirikan. Secara intelektual guru swasta lebih lemah.
Kesejahteraan guru swasta sebenarnya tidak bisa di lepaskan begitu saja dengan sekolahan, tidak bisa dipungkiri bahwa sekolahan juga harus bertanggung jawab secara penuh dalam merawat guru-gurunya mulai dari pembinaan, profesi, sampai dengan kesejahteraan. Di tengah ramainya guru swasta menunutut kesejahteraan sekolah terkesan dia menghindari tanggung jawab terhadap gurunya.Â
Terbukti ketika gaji gurunya tidak mencukupi sekolah justru berkilah bahwa sekolah tidak memiliki dana untuk menggaji guru. Bisa jadi faktornya memang sekolah tidak memiliki dana cukup. Pertanyaannya jika tidak memiliki persiapan manajemen dan dana yang mencukupi, mengapa meski memaksakan diri ?. karena hal itu berakibat pada kesejahteraan guru dan muaranya merugikan peserta didik.
Tanpa dialog yang tulus, jujur, terbuka antara guru dan pemerintah, persoalan guru akan terulang dan berulang lagi tanpa pernah selesai. karena guru yang tidak sejahtera akan terus bertambah dan dihawatirkan melahirkan tindakan-tindakan kontra produktif dengan usaha mencerdaskan bangsa. Dan menjadi guru swasta harus siap dan tangguh dalam resiko yang akan dihadapi.Â