Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hal yang Kurang Menyenangkan tentang Hari Ibu

22 Desember 2022   09:51 Diperbarui: 22 Desember 2022   10:03 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibuku

Bicara tentang ibu saya, mungkin berbeda dengan ibu-ibu sahabat semua. Ibu saya sama sekali tidak bisa saya banggakan, bahkan mungkin begitu mengesalkan, makan hati dan penuh dengan intrik. Bagaimana tidak, ibu yang semestinya membesarkan anaknya dengan belaian dan didikan yang bisa saya ingat sebagai sebuah pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan tidak saya dapatkan. Yah, sama sekali tidak.

Saya tidak tahu bagaimana harus mengartikan makna dari sosok seorang ibu. Di KBBI, PUEBI, Kamus online dan dari ungkapan orang-orang  di dalam tulisannya yang mempertimbangkan etika, moral dan agama serta kepantasan di mata publik, yang mengungkapkan betapa memposisikan ibu sebagai sosok yang sangat istimewa, terlebih teramat banyak dalil-dalil yang menguatkannya. Hampir semua orang memilah dan memilih kalimat untuk mendapatkan ungkapan terindah untuk mewakili kekaguman pada sosok yang telah melahirkannya itu. Yah! Malah ada ibunya diposisikan sejajar dengan malaikat. Ini gila! Mungkinkah dia hidup dalam negri khayal, dunia mitos, fantasi tingkat dewa?

Jika saya menceritakan tentang ibu saya menurut apa yang saya alami, mungkin akan menjadi sumber konflik, melawan arus, bahkan mungkin bisa menjadi "ablasa", "syatata" bagi manusia. Bisa jadi akan menjadi sebuah kontroversi sepanjang sejarah literasi. Yah! Semua orang menulis tentang ibu dengan memilih kalimat yang tidak berdasarkan pada kemampuan bicaranya, tapi memakai aturan berbahasa yang diatur oleh tehnik menulis. Kebanyakan orang yang berbicara tentang ibu mesti berpikir memilah kata ketika ia mengungkapkannya pada orang lain. Sebegitu keramatkah sosok ibu itu?

Sungguh saya tidak berani melawan doktrin yang begitu kuat untuk mengungkapkan, berbicara, atau menulis tentang ibu saya.

Tuhan, mengapa harus ada ibu? Mengapa ibu saya tidak seperti ibu para pujangga, tidak seperti ibu dari anak-anak yang pandai merangkai kata, mengapa pula tidak seperti mereka-mereka yang bisa menyembunyikan perihal ibunya yang sebenarnya?

**

Cuma tulisan, begitu satire ini saya tulis. Ini memang hal yang kurang menyenangkan tentang Hari Ibu, yang mungkin mewakili dari anak-anak yang tidak merasakan peran dari makna ibu yang sesungguhnya. Atau mungkin lainnya, mewakili anak yang tidak bisa atau memilih  menyembunyikan dalam mengungkapkan kebaikan dari ibunya. Atau bisa jadi memang ada pemikiran anak seperti dalam tulisan di atas. Entahlah, namanya tulisan, yang mungkin ingin terbaca dari sudut pandang yang tidak umum. Maaf jika keterlaluan.

Kita ketahui Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember mengacu pada kongres wanita pertama di Indonesia tahun 1928 yang dipimpin oleh R.A. Soekonto dan dua wakilnya, Nyi Hadjar Dewantara dan Soejatin. Dinukil dari buku karya Blackburn, R.A. Soekonto mengatakan: "Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, zaman ini sudah waktunya mengangkat derajat kaum perempuan agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa laki-laki dan perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum." "Artinya," lanjut R.A. Soekonto, "perempuan tidak [lantas] menjadi laki-laki, perempuan tetap perempuan, tetapi derajatnya harus sama dengan laki-laki, jangan sampai direndahkan seperti zaman dahulu."( https://tirto.id/dcoa )

Dalam kenyataan tidak semua laki-laki adalah seorang suami yang baik, bertanggungjawab terhadap keluarganya. Ada saja, bahkan banyak sekali lelaki sebagai obyek utama dalam acara berita kriminalitas. Dan perkembangan kejahatan pada gilirannya menempatkan wanita tidak hanya sebagai korban, tapi kian banyak juga wanita sebagai pelakunya.  Tentu saja hal itu bukan yang dimaksudkan oleh R.A. Soekonto, tapi benar juga adanya tentang laki-laki dan perempuan bersama-sama dalam kehidupan, dalam baik dan buruknya.

Fakta hal yang kurang menyenangkan tentang Hari Ibu lainnya adalah berbedanya peringatan Hari Ibu di dunia. Di lansir dari kompas.com 22 Desember 2022 https://travel.kompas.com/read/2022/05/10/060200027/kenapa-perayaan-hari-ibu-beberapa-negara-berbeda-ini-penjelasannya?page=all#page2 bahwa peringatan hari ibu banyak yang berbeda tanggal dan waktunya, seperti Mothering Sunday di Inggris yang merayakannya setiap Minggu ketiga sebelum Minggu Paskah. Berbeda pula dengan Amerika yang merayakannya di hari Minggu pekan kedua bulan Mei. Ada pula peringatan hari ibu di bulan Pebruari tanggal 13 yang merupakan hari ibu di negara Norwegia. Rusia memperingatinya setiap Minggu terakhir di bulan November. Di Indonesia setiap tanggal 22 Desember, selebihnya yang diketahui peringatan hari ibu di negara-negara lainnya di dunia banyak diperingati di bulan Mei pada tanggal yang berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun