Di zaman internet saat ini dimana meluasnya akses informasi tanpa batas juga berdampak pada aktivitas ekonomi manusia, saat ini transaksi tidak mengenal waktu karena bisa pagi, siang, maupun malam orang bisa bertransaksi tanpa terikat jarak dan waktu.
Ini berkat adanya teknologi yang menghubungkan antara nasabah bank dan perbankan secara 24 jam baik lewat ATM atau mobile banking sehingga pemilik uang di Bank dapat bertransaksi baik menerima maupun mengirim uang kapanpun dan dimanapun selama ada jaringan internet via mobile banking atau transfer via ATM di lokasi terdekat.
Di Indonesia, bank pertama yang mengenalkan ATM adalah Bank Niaga tahun 1987. "Pada saat ATM pertama kali diperkenalkan oleh dunia perbankan di Indonesia terhadap para nasabahnya, diperlukan waktu sangat lama untuk mampu mengubah pikiran konsumen untuk beralih dari cara tradisional (mengantri di loket) ke cara modern (menggunakan ATM)," tulis Alois A. Nugroho dan Ati Cahayani, dosen Unika Atmajaya, dalam Multikulturalisme dalam Bisnis. (Isnaeini dalam historia , Agustus 2017)
Saya sendiri tinggal di Kalimantan Barat, tepatnya di Kota Pontianak dan seingat saya pada tahun 1997 sudah ada ATM milik beberapa Bank di Pontianak, walaupun jumlahnya tak sebanyak sekarang, karena mesin ATM ditempatkan hanya di Kantor Cabang Utama saja saat itu dan Kartu ATM hanya bisa digunakan pada mesin ATM yang diterbitkan tempat Nasabah menabung, misalnya nabung di BRI maka kartu ATM BRI hanya bisa digunakan untuk transaksi di BRI saja tidak bisa transaksi antar bank, kalo ingin transaksi antar bank di tahun 1997 harus pergi ke Bank melakukan kliring lewat teller di Bank.
Tahun 1997 di Pontianak tidak semua Bank memilik ATM saat itu seingat saya yang ada ATM nya hanya Bank Duta, Bank Exim, Bank BCA, Bank BRI, dan Bank BNI. Saat itu Bank Mandiri belum ada masih bernama Bank Exim. Â Saat itu memegang kartu ATM terasa mewah layaknya pemilik banyak uang, padahal tidak seberapa karena nilai rupiah juga masih tinggi dengan harga BBM saat itu hanya 1.150 rupiah perliter.
Berkembangnya teknologi informasi dan semakin kompleknya kebutuhan nasabah di perbankan menciptakan inovasi baru karena perdagangan meluas dan transaksi tidak hanya dilakukan hanya dengan satu bank tapi bisa dengan banyak bank dan dalam tempo yang relatif singkat.Â
Dan tentunya untuk menghubungkan jaringan antar bank agar terkoneksi diperlukan satelit yang terintegrasi dan terkoneksi antar bank. Â pada tahun 1991, PT Rintis Sejahtera (RINTIS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengoperasian sistem komunikasi satelite VSAT.Â
Pada Agustus 2000, dengan dukungan teknologi canggih VSAT yang terdepan, RINTIS dipercaya menjadi penyedia layanan switching dan komunikasi bagi jaringan ATM BCA. Â Pada tahun 2005, Rintis melakukan perubahan logo ATM/Debit BCA yang selanjutnya berubah menjadi PRIMA/PRIMA Debit.
Sampai saat ini PRIMA telah beranggotakan 55 Bank Peserta dari berbagai jenis bank, dengan layanan yang didukung oleh lebih dari 120.000 jaringan ATM dan lebih dari 240.615 jaringan EDC di seluruh Indonesia. (detik.com 2019)
Di Pontianak sendiri seingat saya layanan ATM Prima mulai saya gunakan pada tahun 2001 saat menjadi nasabah Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri karena ada logo Prima di ATM kedua Bank tersebut  yang berarti kartu ATM bisa digunakan untuk bertransaksi di luar mesin ATM asal Bank penerbit dengan catatan dikenakan biaya transaksi sekali pemakaian walaupun cuma sekedar cek saldo untuk transaksi pengiriman dan penarikan uang beda Bank, biasanya biaya berkisar antara Rp.6000,- s/d Rp.6500,- yang bila dihitung dengan efesiensi waktu, biaya parkir dan biaya BBM kendaraan yang harus dikeluarkan untuk mencari ATM Bank yang sama dari lokasi kita berada biaya tersebut cukup rasional.
Sekarang ATM yang berada di dompet saya mulai dari BCA, Mandiri, dan BSM semuanya berlogo Prima yang artinya bisa digunakan untuk semua ATM dalam jaringan Prima yang jumlahnya puluhan ribu dan juga bisa digunakan untuk transaksi non tunai dengan sistem debit. Berkat jaringan Prima urusan transaksi jadi lancar dan mudah.
