Sekilas tentang realita gizi di Indonesia
Stunting dan juga Obesitas masih menjadi momok penting bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi muda di Indonesia. Dua hal tersebut jugalah yang menjadi tema bagi Hari Gizi Nasional yang bertepatan pada 25 Januari lalu.
 Hal ini mengisyaratkan bahwa Stunting dan Obesutas di Indonesia masih memiliki kasus yang tinggi di tanah air tercinta kita ini.
Berdasarkan dari data yang berasal dari Kemnterian Kesehatan Indonesia melalui Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) tahun 2021, menyebutkan prevelensi stunting sebesar 24,4 %.Â
Dan untuk Obesitas melalui Riskesdas 2018, menyebutkan prevelensi sebesar 3,8 % pada balita dan 21,8% prevelensi obesitas pada usia 18 tahun ke atas.
Kementerian kesehatan sendiri sudah melakukan upaya intervensi demi terbentuknya gizi seimbang dengan mengadakan 6 intervensi pada masyarakat.Â
6 intervensi itu antara lain yaitu pertama promosi dan konseling pemberian bayi dan anak, kedua promosi dan konseling menyusui, ketiga pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, keempat pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi remaja dan juga ibu hamil, kelima penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan, keenam tatalaksana gizi buruk.
Stunting dan Obesitas ini dapat mempengaruhi kualitas SDM Indonesia nantinya. Anak dengan gizi tidak seimbang seperti Stunting dan Obesitas ini dikatakan mempengaruhi kualitas SDM, karena anak dengan gizi tidak seimbang kadang memiliki kinerja yang kurang baik dengan anak dengan gizi ideal. Selain itu anak dengan gizi tidak seimbang kadang sering terserang penyakit dan keterlambatan dalam belajar.
Dampak Psikologis bagi Anak dengan Gizi Tidak Seimbang
Selain kesehatan fisik yang terganggu, kesehatan secara mental juga akan mendapat gangguan bagi anak dengan gizi tidak seimbang.Â